Meriam merupakan salah satu peralatan perang yang umum
digunakan pada sekitar abad 14 -18 Masehi. Bangsa Eropa merupakan yang pertama
kali menggunakan meriam untuk persenjataan baik digunakan untuk pertahanan atau
digunakan ketika melakukan ekspansi wilayah tertentu. Secara umum meriam
terdiri dari tiga bagian terpisah yaitu laras (meriam/canon), roda, dan tameng,
sedangkan meriamnya sendiri memiliki bagian-bagian yakni tangkai dudukan,
lubang laras, dan lubang sumbu.
Tangkai dudukan difungsikan sebagai penahan agar tidak
bergeser ketika dipasang pada kereta pengangkutnya. Lubang laras merupakan
tempat untuk megisi mesiu (bahan peledak) serta tempat peluru berupa bulatan
besi. Lubang sumbu merupakan lubang yang terletak di bagian pangkal sisi atas
meriam untuk menyulut/menyalakan bubuk mesiu agar meledak sehingga dapat
melontarkan peluru berupa buatan besi yang dipasang dibagian lubang ujung laras
(kaliber). Bahan baku meriam sebagian besar dibuat dari besi-baja tetapi ada
juga meriam yang dibuat dari perunggu. Teknik pembuatan yang digunakan biasanya
menggunakan teknik lilin hilang (loss wax/a cireperdue) sehingga tidak perlu
adanya penyambungan dan secara teknis diperoleh kekukatan yang baik. Ketebalan
dinding meriam umumnya tidak sama antara bagian pangkal dan mulutnya(caliber),
sehingga bagian pangkal diameternya lebih besar dibandingan mulut/ujung laras
tetapi lubang caliber tetap memiliki ukuran yang sama mulai dari pangkal hingga
ujung laras meriam (Danang Wahyu Utomo 2010; 81-82).
Kondisi Lingkungan Meriam Belanda berada di depan rumah kuno
Tengku Abdul Jalil dan berbatasan langsung dengan jalan utama Desa Padang,
disekitar meriam ditumbuhi oleu rumput teki (cyoerus rotundus), dan rumput
gajah (pennisetum purpureun). Potensi acaman kerusakan pada meriam belanda di
Desa Padang yaitu, dapat mengalami korosi yang menyebabkan kerusakan pada
meriam, apa bila tidak diberi cungkup atau penutup sebagai pelindung untuk
meriam.
Meriam Belanda juga ditemukan di Dusun Padang Lestari, Desa Padang
atau tepatnya berada di halaman Rumah Tengku Abdul Jalil (salah satu tokoh
masyarakat Desa Padang) berjarak ±200 m dari temuan fragmen keramik Secara
Astronomis terletak 49 UTM 9818766 E 272255 N dan berada pada ketinggian 9 m
dpl. Meriam Belanda berjumlah 4 (empat) buah dan terdapat lambang VOC pada
bagian atas meriam, berikut penjabaran:
14 cm. diameter lubang penyulut 1 cm. pada bagian pangkal atas (dekat lubang
penyulut terdapat
lambang VOC dengan huruf A dan pada bagian diameter pangkal terdapat angka 440
S.
Tertanda
TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Kabupaten Kayong Utara.
0 Komentar