Pada suatu hari, di hutan belantara, rakyat
hutan reyuh rendah¹ sedang menyakat
(mengolok-olok) Beruk². Penghuni hutan bilang, sehebat-hebatnya Beruk
hanya mengandalkan taring. Sedangkan Kengkura’³, walaupun jalannya
pelan, dia bisa buat rumah sendiri, Kengkura’ bisa pindah sana sini, dan kebal lagi.
Mendengar sakatan⁴ warga hutan, Beruk
sakit hati dan dendam dengan Kengkura’.
Dia akan membuat perhitungan dengan Kengkura’.
Dia harus menguji Kengkura’,
apa benar Kengkura’ hebat darinya.
Tak menunggu lama, Beruk bergegas pergi mencari Kengkura’. Loncat sana, loncat sini di atas pohon, Beruk mengembara. Akhirnya berjumpalah dia dengan Kengkura’ yang sedang santai di bawah pohon pisang.
Beruk melihat, di atas Kengkura’ ada pisang yang masak 1 atau 2 lumeh⁵. Beruk pun berdendang ke Kengkura’, merayu Kengkura’.
“Besan⁶ Kengkura’, besan Kengkura’. Nyaman bujo⁷ tempat kau diam. Ade tanaman
pisang di dekat parak⁸. Layor
masak, layor ra’, layor ra’….” Lantunan Beruk merayu, mau meminta pisang Kengkura’. Menurut Beruk pisang tersebut belum masak, tapi layu disebabkan panas api dapur.
“Jangan! Aku njagekan punye raje⁹,”
jawab Kengkura’.
“Boleh ndak aku cobe¹⁰ manjatnye?’ Rayu Beruk mencoba menipu daya Kengkura’.
“Kalo’¹¹ sekedar manjat boleh mah,”
jawab Kengkura’ telah tertipu
dengan akal licik Beruk.
Bukan Beruk
namanya jika tidak menipu. Dia pun menyantap pisang yang di panjatnya. Dari
yang masak hingga yang mentah, habis di makannya. Kengkura’ mulai kesal melihat tingkah Beruk. Kengkura’ baru sadar bahwa dia telah tertipu rayu Beruk.
“Wai
Beruk…! Gugokanlah¹² aku selumeh¹³!” Pinta Kengkura ke Beruk, agar menjatuhkan pisah 1 buah.
“Maken¹⁴ selumeh maken nyaman,”
timpal Beruk ke Kengkura’, semakin tinggal 1 buah semakin
enak.
Berkali-kali Kengkura’ minta gugurkan 1 buah pisang, Beruk tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Kengkura’ tak putus asa meminta ke Beruk, barangkali Beruk berbaik hati, tapi tetap tidak
diberi.
“Kalo’
kau ndak bise mberi¹⁵ selumeh, minta aku kuletnye
jak¹⁶!” Permohonan terakhir Kengkura’
ke Beruk.
“Maken kulet maken nyaman,” Beruk bilang, semakin kulit semakin
enak. Akhirnya pisang tinggal tandan.
Setelah kenyang, Beruk pergi meninggalkan Kengkura’. Kengkura’ berpikir, bagaimana caranya
membalas kelicikan Beruk.
Kengkura’ jadi lapar karena ketamakan Beruk.
Kengkura’ berjalan dengan tujuan yang tak pasti. Merasa lelah, Kengkura’ berteduh di bawah pohon.
Kebetulan dekat dia duduk ada sarang lebah. Pikir Kengkura’, dengan sarang lebah ini dia bisa mengerjakan Beruk.
“Besan
Kengkura’, besan Kengkura’.
Nyaman betol idop¹⁷ kau. Ape yang sedang kau jage¹⁸?” Tanya Beruk menyelidik.
“Aku sedang menunggukan gong raje,” jawab Kengkura’ berpura-pura.
“Boleh ndak aku mukolnye¹⁹? Pinta Beruk penasaran. Kengkura’ menjawab boleh, tetapi
tunggu dia pergi dulu.
“Kenape²⁰ kau lari?” Tanya Beruk penasaran, kenapa Kengkura’ ingin pergi setelah
mengijinkan dia memukul gong raja. Alasan Kengkura’, jika raja datang dan bertanya
kenapa Beruk memukul gong
tersebut, Kengkura’ menjawab
tidak tahu, karena dia sedang buang air. Beruk pun yakin dengan penjelasan Kengkura’.
Setelah Kengkura’ jauh. Di panggil-panggil Beruk suara Kengkura’
sudah samar-samar kedengarannya, Beruk pun memukul gong raja tersebut.
Tentu saja, lebah yang dipukul sarangnya
berontak. Para serdadu lebah menyerbu Beruk, sehingga Beruk
babak belur disengat lebah. Yang paling rentan disengat lebah, yaitu pantat Beruk. Sebab itu, pantat Beruk sampai sekarang tidak ditumbuhi
bulu. Konon, sampai sekarang pantat Beruk
itu buruk. Apabila bulan besar, maka besar juga buruknya.
Dengan kejadian itu, Beruk sakit hati dengan Kengkura’.
Dia harus mencari dan ketemu dengan Kengkura’, untuk membuat perhitungan. Bagaimana pun, dia tidak boleh dikalahkan Kengkura’. Jika ketemu, maka akan dia
cabut kepala Kengkura’.
Sebab itu, ada lengenda tentang Kengkura’ Tutup Emas. Jika Kengkura’ ini terancam, maka dia akan
mamasukan lehernya ke dalam cangkangnya. Cerita ini bermula dari Beruk yang ingin mencabut kepala Kengkura’.
Karena geram telah ditipu Kengkura’, Beruk segera mencari Kengkura’.
Dia harus mengalahkan Kengkura’.
Kengkura’ tidak boleh lebih hebat dan pintar darinya.
Akhir dari pencari Beruk, ketemulah dia dengan Kengkura’ di tepi sungai.
Kengkura’ mau menyebrang takut,
karena arus terlalu deras. Menunggu arus pelan dan air surut, Kengkura’ duduk di dekat pohon di
pinggir sungai.
“Besan Kengkura’, besan Kengkura’. Janga’
bena pokok²¹ yang kau jage.
Boleh ndak aku bepusa’²²?”
“Jangan! Ini tamang²³ raje,” bantah Kengkura’, seolah-olah melarang agar Beruk tidak mau makan buah tersebut. Padahal, itu bagian dari
siasat Kengkura’.
Kengkura’ pura-pura jual mahal. Berkali-kali Beruk menggoda Kengkura’
agar mengijikannya memakan buah tersebut, akhirnya Kengkura’ baru mengijinkan.
“Udahlah…. Kalo’ kau bena-bena maok mencobe²⁴, buah ini nyaman. Tapi
lempakan²⁵ aku ke seberang sunge’²⁶,” ucap Kengkura’ ke Beruk.
Beruk pun memenuhi permintaan Kengkura’,
sebab Kengkura’ telah memberi
ijin kepadanya untuk memakan tamang
raja. Di pegangnya Kengkura’,
di putar dan dilemparkannya ke seberang sungai. Kengkura’ tersenyum, karena merasa aman dari amarah Beruk. Kengkura’ yakin, Beruk
tidak akan bisa menyebrang sungai tersebut.
Tak menunggu lama, Beruk langsung mengambil tamang
raja tersebut dan menyantapnya. Sebentar, Beruk pun menjerit-jerit dan mengeluarkan air mata. Ternyata
yang di makannya itu buah cabe.
Mau balas dendam dengan Kengkura’ tidak bisa. Kengkura’ telah berada di seberang
sungai. Akhirnya Beruk pasrah mengaku kalah dengan Kengkura’. tempat kejadian
ini disebut Pangkalan²⁷ Tamang.
Pangkalan Tamang tersebut sekarang berada di Pangkalan Tawak, Desa
Lubuk Batu, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan
Barat.***
Hikmah dan arti dibalik cerita:
- Keserekahan dan kesombongan akan membahayakan diri sendiri.
- Jangan minder jadi orang kecil, pada akhirnya kekuatan akal akan
mengalahkan kekuatan otot.
- Jangan takut mengalah demi kebaikan, sebab kemenangan itu milik
orang-orang yang berhati mulia dan sabar.
- Reyuh rendah¹, yaitu bunyi hiruk-pikuk suara.
- Beruk², sejenis kera.
- Kengkura’³, yaitu sebutan untuk kura-kura.
- Sakatan⁴, yaitu olokan yang dapat membuat orang marah.
- Lumeh⁵, pembilang untuk menghitung buah kecil atau biji.
- Besan⁶, dalam cerita ini, makna besan bisa berarti mengambarkan atau ungkapan
keakraban atau kekerabatan atau kedekatan.
- Nyaman bujo⁷, yaitu enak sekali; enak benar.
- Parak⁸, yaitu sejenis loteng, tempat menyimpan barang. Parak api, yaitu rak
penyimpanan kayu bakar terletak di atas
dapur tungku.
- Njagekan punye raje⁹, artinya menjagakan punya raja.
- Cobe¹⁰: coba.
- Kalo’¹¹: kalau.
- Gugokanlah¹²: gugurkanlah.
- Selumeh¹³: sebiji; satu buah.
- Maken¹⁴: makin; semakin.
- Bise mberi¹⁵: bisa memberi.
- Kuletnye jak¹⁶: kulitnya saja.
- Nyaman betol idop¹⁷: enak benar hidup ....
- Jage¹⁸: jaga.
- Mukolnye¹⁹: mukulnya; memukulnya.
- Kenape²⁰: kenapa.
- Janga’ bena pokok²¹; jangak, artinya cantik benar pohon ....
- Bepusa’²²: istilah/adat dalam
Melayu Simpang, yaitu menyentuh sedikit (jawel/cuwet) makanan atau mencicipi
sedikit sebagai bentuk penghormatan.
- Tamang²³, yaitu sejenis tanaman hias, berbuah kecil bentuknya seperti gasing.
- Bena-bena maok mencobe²⁴, artinya benar-benar mau mencoba ....
- Lempakan²⁵: lemparkan.
- Sunge’²⁶: sungai.
- Pangkalan²⁷, yaitu sebutan tempat pemandian atau tempat mandi orang-orang dulu di pinggir sungai; kuala.
0 Komentar