Disuatu perkampungan yang jauh dari kerajaan, kaum muda
setempat memiliki kebiasaan dengan kesenian. Mereka telah mengenal kesenian
musik tradisonal. Dulu lebih dikenal dengan sebutan rokes¹.
Suatu ketika, terlihat pemuda-pemudi sedang
berkumpul. Mereka bersenang-senang, kesana kemari bersuka-cita. Mereka
melakukan apapun yang membuat mereka bahagia. Hampir setiap hari, mereka
menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang.
Mereka berencana akan melakukan
perjalanan ke luar negeri, ke kekerajaan tetangga. Mengarungi
lautan luas, menjauh dari kampung halaman mereka. Tujuan mereka pergi
main rokes, kalau istilah
sekarang konser.
Setelah mempersiapkan segala keperluan. Semua
kelengkapan dan keperluan telah masuk kapal. Berangkatlah muda-mudi itu, pergi mengadu
nasib di negeri orang. Di kapal tersebut, terlihat juga seorang anak remaja,
berumur belasan tahun.
Biasanya, ketika mereka
pergi main rekes, memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan baru
pulang. Sebab, mereka main dari kampung ke kampung. Dari pulau satu ke pulau yang
lainnya. Demi menyalurkan hobi dan mencari pundi-pundi rejeki.
Setelah berbulan-bulan berkelana di negeri
orang, mereka bersiap-siap kembali ke kampung halaman. Tanpa persiapan yang
matang, mereka berlayar pulang. Kerinduan tentang kampung halaman datang
menerpa. Apapun yang terjadi, mereka harus kembali.
Wajah-wajah gembira terpancar di wajah
mereka. Kini saatnya mereka kembali dari bersenang-senang di negeri orang.
Keberuntungan memihak ke mereka. Hasil main rokes mereka lumayan banyak.
Dirasa telah siap, nakhoda kapal menyuruh
mengakat jangkar dan menurunkan layar. Ini pertanda, bahwa tantangan mengarungi
ganasnya gelombang lautan segera dimulai.
Tuhan punya kuasa. Seperti terkena azab.
Tanpa mereka sadari, kapal yang mereka tumpangi bukan bergerak maju, malah
mundur ke negeri lain. Berhari-hari di atas lautan, persedian makanan tersisa sedikit.
Paling-paling cukup untuk 2 kali makan saja. Stok seperti beras, gula, kopi, air minum dan
lainnya habis.
Salah satu dari mereka
mengingatkan, bahwa makanan akan segera habis. Sementara, yang lain terus
berseda gurau, tanpa memperdulikan peringatan temannya. Kesekian kalinya, teman
diantara mereka mengingatkan bahwa bahan makanan di kapal akan
habis.
Ke esoknya, suasana masih pagi sekali. Tetes
embun masih deras terasa. Mereka dikumpulkan pemimpinnya.
Mereka membahas masalah kekurangn bahan makanan di kapal.
Dalam perundingan tersebut, salah satu
diantara mereka mengusulkan untuk berlayar ke pulau
terdekat. Kebetulan ada pulau yang tampak dari kejauhan. Mereka sepakat
menepi, membeli kebutuhan perut mereka. Karena perjalanan pulang ke kampung
halaman masih panjang.
Menepilah kapal mereka ke pulau yang
dimaksud. Setelah melempar sauh (jangkar), mereka kembali berunding siapa yang naik
ke darat. Setelah disepakati, turunlah salah satu dari mereka ke perkampungan
tersebut.
Sesampainya di daratan, utusan
tersebut mencari warung yang menjual bahan makanan yang dimaksud. Saat di
warung, sang utusan bertanya ke pemilik warung, “Berapa harga beras, kopi dan gula tuan?”
Di jawab lelaki paruh baya, pemilik warung, “Harga beras 1 kati² 2 qulhu, harga gula 1 kati 4 qulhu, sedangkan
harga kopi 1 kati 1 qulhu.”
Sontak membuat utusan tersebut bingung.
Kemudian utusan tersebut mengulurkan sejumlah uang sebagai alat pembayaran. Tetap saja pemilik
warung tidak mau menerima uang tersebut. Pemilik warung tetap meminta bayar dengan
qulhu. Karena binggung di bayar pakai qulhu, akhirnya utusan balik ke kapal.
Sesampai di kapal, sahabat-sahabatnya bertanya, ada
tidak barang yang mau di beli. Utusan tersebut menceritakan
bahwa dia tidak dapat membeli beras, kopi dan gula. Kerena pemilik warung tidak mau dibayar dengan uang, tapi minta bayar dengan qulhu. Pemilik warung bilang, belanja di
kampung mereka harus di bayar dengan qulhu.
Kemudian utusan tersebut bertanya kepada teman-temannya,“Apakah diantara kita
ada yang tahu apa itu qulhu?” Dengan suasana
yang sedikit tegang. Mereka saling memperhatikan satu dengan yang lainnya. Spontan dan serentak menjawab, mereka tidak tahu apa qulhu.
Kerana tidak ada
yang tahu qulhu, dan tidak bisa membeli barang di pulau yang mereka singgahi,
mereka sepakat lanjut berlayar. Barang kali mereka bisa mencari di pulau lain. Tidak
berapa lama, sampailah mereka di suatu pulau. Kembali mereka melabuhkan jangkar
di pulau tersebut.
Kali ini, yang
turun dari kapal yang lain lagi. Untusan kedua ini tak berbasa-basi, langsung
turun mencari warung. Kemudian bertanyalah utusan kedua kepada pemilik warung,
berapa 1 kati beras, gula dan kopi.
“Kalau disini
pembayaran pakai qulhu. Harga beras 1 kati 2 qulhu, harga gula 1 kati 4 qulhu, dan harga kopi 1 kati 1 qulhu,” jawab pemilik warung.
Utusan kedua pun
bingung. Cerita dan caranya sama dengan pulau sebelumnya. Namun dia tak patah arang³. Dia pergi lagi ke
warung yang lain, mencari barang yang sama. Hingga beberapa warung yang ada di
pulau tersebut dia datangi. Tetapi jawabannya tetap sama, di bayar dengan
qulhu. Utusan kedua pun putus asa, dan memutuskan naik ke kapal.
Di kapal,
seperti utusan pertama, utusan kedua menyampaikan bahwa pembayaran di pulau ini
pun sama, pakai qulhu. Kembali warga di kapal kebinggungan, karena diantara
mereka tidak ada yang tahu qulhu.
Di tengah suasana yang hening dan penuh tanda
tanya, tiba-tiba anak remaja
yang ikut berlayar menjawab. “Kalau cuma qulhu, saya tahu,” jawab anak remaja tersebut percaya
diri.
Seketika, semua mata rombongan tertuju ke
anak tersebut. Apa benar anak
ini tahu qulhu. Mereka berharap
anak tersebut bisa membantu menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Mengingat bahan makanan benar-benar habis.
“Kalau kau
benar-benar tahu qulhu, sekarang kau yang pergi mencari barang-barang kebutuhan
kita!” Permohonan pimpinan rombongan ke anak remaja tersebut. Si anak segera
turun, mendatangi warung yang menyediakan kebutuhan pokok yang mereka butuhkan.
Setiba di
warung, seorang pemilik warung bertanya kepada si anak, apa gerangan yang yang dia cari. Karena si pemilik
warung mengamati, anak tersebut warga asing, bukan warga setempat.
“Ada yang bisa saya bantu Dek?” Tanya pemilik warung ke si anak. Si anak tersebut menjelaskan,
barang-barang yang dicarinya.
“Berapa harga 1
kati beras, 1 kati gula dan 1 kati kopi?” Tanya si anak ke pemilik warung. Dan
dia menjelaskan sejumlah barang-barang yang akan dia beli kepada pemilik
warung.
“Harga 1 kati
beras 2 qulhu, 1 kati gula 4 qulhu dan 1 kati kopi 1 qulhu. Kau tahu qulhu?”
Jawab pemilik warung sembari bertanya.
Di jawab si anak
tersebut tahu. Karena anak kecil tersebut menjawab tahu, pemilik warung mempersilakan
anak tersebut membacanya. Pembacaan tersebut tentu sebagai alat tukar barang
yang akan dia beli.
“Bissmillahir
rahmaanir rahiim.... Qul huwallahu ahad, Allaahush shamad, lam yalid walam yuulad, walam yakul lahuu kufuwan
ahad.”Dengan merdu dan fasih anak tersebut melantukan surah Al-Ikhlas (qulhu),
sesuai dengan jumlah belanja yang dia pesan.
Karena anak
tersebut telah membaca qulhu, pemilik warung langsung memberikan kebutuhan dia.
Bahkan pemilik warung memberikan lebih barang-barang yang dia pesan. Sehingga
dia kewalahan membawanya.
Si anak kembali
ke kapal, membawa banyak belanjaan. Warga yang ada di kapal terheran-heran, kok
bisa anak remaja tersebut membawa barang-barang sebanyak itu. Bahkan si anak
tersebut minta bantu mengambilkan barang-barang yang tersisa di warung.
“Kenapa kau bisa
dapat barang-barang belanjaan sebanyak ini?” Selidik salah satu warga yang ada
di kapal ke si anak.
“Tidak payah.
Cukup di bayar dengan qulhu saja. Makanya belajar mengaji! Usah main rokes
terus!” Jawab polos si anak, membuat pemuda-pemudi yang ada di kapal terdiam.
Setelah mendapatkan cadangan makanan, mereka
melanjutkan perjalanan menuju ke tanah air tercinta. Perjalanan kali ini
memberikan pelajaran berharga bagi mereka. Betapa ilmu agama sangat penting
dipelajari. Karena, sejatinya agama merupakan jalan mengampai kebahagian di
dunia dan menuju surga.***
Hikmah dan arti dibalik cerita:
-
Mengcari hiburan dan kesenangan tidak dilarang selama tidak bertentangan
dengan norma hukum dan agama. Tetapi jangan sampai melalaikan agama dan belajar
agama. Karena agama adalah sebaik-baiknya bekal di dunia dan akhirat.
-
Orang yang berilmu, akan di angkat
derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Sehingga hidupnya memberi manfaat dan
berkah.
-
Dalam berusaha kita tidak boleh
putus asa. Tuhan akan memberikan kemudahan kepada hambaNya yang
bersungguh-sungguh.
-
Jangan pernah meremehkan kemampuan orang lain, sekali pun dia anak kecil.
Sebab, hanya ilmu yang meninggikan derajat seseorang.
-
Rokes¹:
sekarang orkes.
-
Kati², yaitu takaran zaman dulu, 1 kati sekitar
6 ons sekarang.
-
Tak patah arang³, yaitu pribahasa yang berarti tak
patah semangat.
0 Komentar