Hanya Dibayar Qulhu

 


Penutur: Baserun    
Penulis & editor : Miftahul Huda & Hasanan
Ilustrator : Supriono

Disuatu perkampungan yang jauh dari kerajaan, kaum muda setempat memiliki kebiasaan dengan kesenian. Mereka telah mengenal kesenian musik tradisonal. Dulu lebih dikenal dengan sebutan rokes¹.

Suatu ketika, terlihat pemuda-pemudi sedang berkumpul. Mereka bersenang-senang, kesana kemari bersuka-cita. Mereka melakukan apapun yang membuat mereka bahagia. Hampir setiap hari, mereka menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang.

Mereka berencana akan melakukan perjalanan ke luar negeri, ke kekerajaan tetangga. Mengarungi lautan luas, menjauh dari kampung halaman mereka. Tujuan mereka pergi main rokes, kalau istilah sekarang konser.

Setelah mempersiapkan segala keperluan. Semua kelengkapan dan keperluan telah masuk kapal. Berangkatlah muda-mudi itu, pergi mengadu nasib di negeri orang. Di kapal tersebut, terlihat juga seorang anak remaja, berumur belasan tahun.

Biasanya, ketika mereka pergi main rekes, memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan baru pulang. Sebab, mereka main dari kampung ke kampung. Dari pulau satu ke pulau yang lainnya. Demi menyalurkan hobi dan mencari pundi-pundi rejeki.

Setelah berbulan-bulan berkelana di negeri orang, mereka bersiap-siap kembali ke kampung halaman. Tanpa persiapan yang matang, mereka berlayar pulang. Kerinduan tentang kampung halaman datang menerpa. Apapun yang terjadi, mereka harus kembali.

Wajah-wajah gembira terpancar di wajah mereka. Kini saatnya mereka kembali dari bersenang-senang di negeri orang. Keberuntungan memihak ke mereka. Hasil main rokes mereka lumayan banyak.

Dirasa telah siap, nakhoda kapal menyuruh mengakat jangkar dan menurunkan layar. Ini pertanda, bahwa tantangan mengarungi ganasnya gelombang lautan segera dimulai.

Tuhan punya kuasa. Seperti terkena azab. Tanpa mereka sadari, kapal yang mereka tumpangi bukan bergerak maju, malah mundur ke negeri lain. Berhari-hari di atas lautan, persedian makanan tersisa sedikit. Paling-paling cukup untuk 2 kali makan saja. Stok seperti beras, gula, kopi, air minum dan lainnya habis.

Salah satu dari mereka mengingatkan, bahwa makanan akan segera habis. Sementara, yang lain terus berseda gurau, tanpa memperdulikan peringatan temannya. Kesekian kalinya, teman diantara mereka mengingatkan bahwa bahan makanan di kapal akan habis.

Ke esoknya, suasana masih pagi sekali. Tetes embun masih deras terasa. Mereka dikumpulkan pemimpinnya. Mereka membahas masalah kekurangn bahan makanan di kapal.

Dalam perundingan tersebut, salah satu diantara mereka mengusulkan untuk berlayar ke pulau terdekat. Kebetulan ada pulau yang tampak dari kejauhan. Mereka sepakat menepi, membeli kebutuhan perut mereka. Karena perjalanan pulang ke kampung halaman masih panjang.

Menepilah kapal mereka ke pulau yang dimaksud. Setelah melempar sauh (jangkar), mereka kembali berunding siapa yang naik ke darat. Setelah disepakati, turunlah salah satu dari mereka ke perkampungan tersebut.

Sesampainya di daratan, utusan tersebut mencari warung yang menjual bahan makanan yang dimaksud. Saat di warung, sang utusan bertanya ke pemilik warung, “Berapa harga beras, kopi dan gula tuan?”

Di jawab lelaki paruh baya, pemilik warung, “Harga beras 1 kati² 2 qulhu, harga gula 1 kati 4 qulhu, sedangkan harga kopi 1 kati 1 qulhu.”

Sontak membuat utusan tersebut bingung. Kemudian utusan tersebut mengulurkan sejumlah uang sebagai alat pembayaran. Tetap saja pemilik warung tidak mau menerima uang tersebut. Pemilik warung tetap meminta bayar dengan qulhu. Karena binggung di bayar pakai qulhu, akhirnya utusan balik ke kapal.

Sesampai di kapal, sahabat-sahabatnya bertanya, ada tidak barang yang mau di beli. Utusan tersebut menceritakan bahwa dia tidak dapat membeli beras, kopi dan gula. Kerena pemilik warung tidak mau dibayar dengan uang, tapi minta bayar dengan qulhu. Pemilik warung bilang, belanja di kampung mereka harus di bayar dengan qulhu.

Kemudian utusan tersebut bertanya kepada teman-temannya,Apakah diantara kita ada yang tahu apa itu qulhu? Dengan suasana yang sedikit tegang. Mereka saling memperhatikan satu dengan yang lainnya. Spontan dan serentak menjawab, mereka tidak tahu apa qulhu.

Kerana tidak ada yang tahu qulhu, dan tidak bisa membeli barang di pulau yang mereka singgahi, mereka sepakat lanjut berlayar. Barang kali mereka bisa mencari di pulau lain. Tidak berapa lama, sampailah mereka di suatu pulau. Kembali mereka melabuhkan jangkar di pulau tersebut.

Kali ini, yang turun dari kapal yang lain lagi. Untusan kedua ini tak berbasa-basi, langsung turun mencari warung. Kemudian bertanyalah utusan kedua kepada pemilik warung, berapa 1 kati beras, gula dan kopi.

“Kalau disini pembayaran pakai qulhu. Harga beras 1 kati 2 qulhu, harga gula 1 kati 4 qulhu, dan harga kopi 1 kati 1 qulhu,” jawab pemilik warung.

Utusan kedua pun bingung. Cerita dan caranya sama dengan pulau sebelumnya. Namun dia tak patah arang³. Dia pergi lagi ke warung yang lain, mencari barang yang sama. Hingga beberapa warung yang ada di pulau tersebut dia datangi. Tetapi jawabannya tetap sama, di bayar dengan qulhu. Utusan kedua pun putus asa, dan memutuskan naik ke kapal.

Di kapal, seperti utusan pertama, utusan kedua menyampaikan bahwa pembayaran di pulau ini pun sama, pakai qulhu. Kembali warga di kapal kebinggungan, karena diantara mereka tidak ada yang tahu qulhu.

Di tengah suasana yang hening dan penuh tanda tanya, tiba-tiba anak remaja yang ikut berlayar menjawab.Kalau cuma qulhu, saya tahu, jawab anak remaja tersebut percaya diri.

Seketika, semua mata rombongan tertuju ke anak tersebut. Apa benar anak ini tahu qulhu. Mereka berharap anak tersebut bisa membantu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mengingat bahan makanan benar-benar habis.

“Kalau kau benar-benar tahu qulhu, sekarang kau yang pergi mencari barang-barang kebutuhan kita!” Permohonan pimpinan rombongan ke anak remaja tersebut. Si anak segera turun, mendatangi warung yang menyediakan kebutuhan pokok yang mereka butuhkan.

Setiba di warung, seorang pemilik warung bertanya kepada si anak, apa gerangan yang yang dia cari. Karena si pemilik warung mengamati, anak tersebut warga asing, bukan warga setempat.

Ada yang bisa saya bantu Dek?” Tanya pemilik warung ke si anak. Si anak tersebut menjelaskan, barang-barang yang dicarinya.

“Berapa harga 1 kati beras, 1 kati gula dan 1 kati kopi?” Tanya si anak ke pemilik warung. Dan dia menjelaskan sejumlah barang-barang yang akan dia beli kepada pemilik warung.

“Harga 1 kati beras 2 qulhu, 1 kati gula 4 qulhu dan 1 kati kopi 1 qulhu. Kau tahu qulhu?” Jawab pemilik warung sembari bertanya.

Di jawab si anak tersebut tahu. Karena anak kecil tersebut menjawab tahu, pemilik warung mempersilakan anak tersebut membacanya. Pembacaan tersebut tentu sebagai alat tukar barang yang akan dia beli.

“Bissmillahir rahmaanir rahiim.... Qul huwallahu ahad, Allaahush shamad, lam  yalid walam yuulad, walam yakul lahuu kufuwan ahad.”Dengan merdu dan fasih anak tersebut melantukan surah Al-Ikhlas (qulhu), sesuai dengan jumlah belanja yang dia pesan.

Karena anak tersebut telah membaca qulhu, pemilik warung langsung memberikan kebutuhan dia. Bahkan pemilik warung memberikan lebih barang-barang yang dia pesan. Sehingga dia kewalahan membawanya.

Si anak kembali ke kapal, membawa banyak belanjaan. Warga yang ada di kapal terheran-heran, kok bisa anak remaja tersebut membawa barang-barang sebanyak itu. Bahkan si anak tersebut minta bantu mengambilkan barang-barang yang tersisa di warung.

“Kenapa kau bisa dapat barang-barang belanjaan sebanyak ini?” Selidik salah satu warga yang ada di kapal ke si anak.

“Tidak payah. Cukup di bayar dengan qulhu saja. Makanya belajar mengaji! Usah main rokes terus!” Jawab polos si anak, membuat pemuda-pemudi yang ada di kapal terdiam.

Setelah mendapatkan cadangan makanan, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke tanah air tercinta. Perjalanan kali ini memberikan pelajaran berharga bagi mereka. Betapa ilmu agama sangat penting dipelajari. Karena, sejatinya agama merupakan jalan mengampai kebahagian di dunia dan menuju surga.***

Hikmah dan arti dibalik cerita:

-   Mengcari hiburan dan kesenangan tidak dilarang selama tidak bertentangan dengan norma hukum dan agama. Tetapi jangan sampai melalaikan agama dan belajar agama. Karena agama adalah sebaik-baiknya bekal di dunia dan akhirat.

-   Orang  yang berilmu, akan di angkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Sehingga hidupnya memberi manfaat dan berkah.

-   Dalam berusaha kita  tidak boleh putus asa. Tuhan akan memberikan kemudahan kepada hambaNya yang bersungguh-sungguh.

-   Jangan pernah meremehkan kemampuan orang lain, sekali pun dia anak kecil. Sebab, hanya ilmu yang meninggikan derajat seseorang.

-   Rokes¹: sekarang orkes.

-   Kati², yaitu takaran zaman dulu, 1 kati sekitar 6 ons sekarang.

-   Tak patah arang³, yaitu pribahasa yang berarti tak patah semangat.

 


Posting Komentar

0 Komentar