Asal Usul Lubuk Senjata Di Matan
Cerita ini dikisahkan oleh Nyai Asiah, istri dari Raden Gondel, orang tua dari ibunya Bujang Ahmad (penutur). Cerita Nyai Asiah, dulu pernah terjadi perang di Kerajaan Simpang. Perang tersebut dikenal dengan nama Perang Belangkaet. Karena perang terjadi di Kampung Belangkaet. Dulu kawasan ini disebut Belangkaet, sekarang disebut Natai Tunggal.
Letak kampung tersebut sebelum kota raja Matan. Jika kita dari hilir mengarah ke hulu Sungai Matan, posisinya sebelah kanan. Namun cerita ini sedikit berbeda dengan cerita Perang Belangkaet sesungguhnya. Cerita rakyat ini diangkat dari latang belakang sejarah Perang Belangkaet. Ada penyebutan tempat, peristiwa dan tokoh yang memang ada di tanah Simpang.
Dikisahkan pada zaman
dahulu terjadilah sebua perang yang dikenal dengan nama perang belangkait,dikala
itu keadaan kayong utara masih berbentuk kerajaan,kerajaan tersebut bernama
kerajaan simpang matan,demi mengusai kerajaan simpang,belanda mencoba
menerapkan pajak yang disebut dengan nama pajak blasting,akan tetapi raja
simpang yang saat itu dipimpin oleh gusti panji tidak setuju dan menolak pajak
blasting tersebut,ahirnya belanda mengancam raja akan melakukan penyerangan
terhadap kerajaan simpang,dengan masukan dari beberapa panglima perang ahirnya
kerajaan simpang melakukan perlawanan pada kekejaman penjajah belanda dalam
upaya penjajah belanda menerapkan blasting di bumi yang kita sebut sekarang
dengan nama bumi blangkait,hingga terjadilah perang yang disebut dengan nama perang
belangkait.
Setelah sampai dimarkasnya,gerombolan
Pasukan belanda yang masih hiduppun bercerita dengan pimpinannya “ kita tidak bisa masuk kenegeri simpang
kapten,karna pasukan kita dihadang oleh monyet-monyet itu kapten” demikian
penuturan pasukan belanda yang masih tersisah dengan nada kecewa dan marah
terhadap rakyat simpang yang menjaga
daerah kedaulatnnya di wilayah sungai simpang ,sehingga menggagalkan rencana gerombolan
penjajah belanda untuk mengetahui dan menyusun strategi dalam menaklukkan
kerajaan simpang.
Kabar kegagalan pasukankan
belanda untuk menelusuri sungai simpang pun sampai ke kota raja,dengan rasa
gembira rakyat simpangpun bersuka cita,akan tetapi raja bersama para panglima
perang tetap waspada terhadap penyerangan penjajah belanda yang kapan saja bisa
saja melakukan penyerangan kembali.
Setelah beberapa pekan
pasukan penjajahan belanda itu gagal,ahirnya iya menyusun strategi kembali
untuk memasuki wilayah perairan sungai simpang agar dapat melakukan penyerangan
ke kota raja,dalam penyerangan tersebut penjajah belanda membawa lebih banyak
pasukannya, pasukan penjajah belanda itupun bertekad untuk menaklukan kerajaan
simpang.
Hingga tibalah saat-saat
yang dinantikan oleh Kaum penjajah tersebut,para penjajah itupun berlayar
kembali menuju kota raja dengan membawa pasukan yang lebih banyak lagi,iya
berharap dapat menaklukan kota raja yang letaknya berada di simpang matan saat
itu,ketika sampai di dalam sungai simpang,pasukan belandapun dihujani dengan
peluru-peluru sumpit yang sudah di racuni oleh rakyat simpang,satu persatu
pasukan belanda kembali tewas,kali ini pasukan belanda benar-benar ramai saat
melakukan penyerangan itu,hingga membuat rakyat simpang yang menjaga perairan sungai
simpang menjadi kewalahan.
Walau sudah banyak
pasukannya yang tewas,Pasukan belanda tetap saja melanjutkan perjalanannya
menuju ke kota raja,kali ini iya bertekad untuk menaklukkan kota raja kerajan
simpang,belum sampai pasukan belanda kekota raja,pasukan penjajah itu pun
melihat
sebua rumah ditepi sungai,kemudian
rombongan pasukan itupun menghentikan kapalnya
sejenak,terlihat ada seseorang yang sedang mementing alat musik gambus
di rumah itu,kemudian salah satu pasukan belanda bertanya,”dinamakah jalan menuju kekota
kerajaan”,akan tetapi pertanyaan itu takdijawab dan tak dihiraukan oleh
seseorang tersebut,ternyata seseorang itu tuli,sambil mementing gambusnya orang
tuli terus berulang kali mengucapkan ”jalan manusia dibawah jalan burung itu
diatas”hingga berulang-ulang kali sambil memainkan gambus yang iya
pegang
Walau takdapat jawaban dari orang yang mementing
gambus tersebut pasukan belanda terus berusaha mencari persembunyian pasukan kerajaan simpang,sampai bertemulah
pasukan belanda pada perbekalan senjata dan bahan makanan rakyat simpang yang
di gantung pada ranting-ranting pepohonan ditepi sungai simpang.
Sementara pasukan kerajaan
simpang yang sedang beristirahat tidak menyadari kedatangan pasukan belanda
yang akan melakukan penyerangan,pada saat itu hanya ada Tiga(3) orang saja yang
sedang menjaga persenjataan dan bahan makanan pasukan kerajaan yang hendak
menjaga wilayah kota kerajaan,dua diantaranya bernama tok megat dan tok jambol
selaku panglima perang,ketika salah satu penjajah belanda bertanya sambil
memegang rambut salah satu panglima perang yang
bernama tok jambol”dimanakah pasukanmu bersembunyi”
dengan nada mengancam, tiba-tiba tok jambol menghunuskan pedangnya tepat keleher
kaum penjajah tersebut,akan tetapi usaha panglima itu gagal karna kaum penjajah
itu menggunakan jubah besi hingga sampai keleher.
Melihat usahanya
takberhasil ketiga panglima itupun berusaha menghindari kaum penjajah,setelah
tak tampak dari pasukan belanda ahirnya mereka bertiga(3) berhenti sejenak, tempat
pemberhentian tersebut berada di tak jauh dari tepi sungai simpang,tiba-tiba sala
satu diantara ketiga panglima perang yang bernama tok megat pun berkata sambil
melepas jimat nya yang iya ikat di pinggangnya“takberguna jimat yang kupegang
ini” dengan nada kecewa karna belum sempat menghancurkan penjajah
belanda,kemudian tok megatpun membuang jimat tersebut kedalam sungai.
saat jimat tersebut di
buang oleh tok megat kedalam sungai,tiba–tiba saja sesuatu yang aneh
terjadi,air dimana tok megat membuang jimat tersebutpun menjadi (Geroh)
berputar dan beriak dengan sendirinya,kemudian keluar suara dari jimat tersebut
dan berbunyi “geroh dapat kutahan jika malaikat maut tentu aku tak dapat menahan” dengan
nada menangis.
Disisi lain rombongan
pasukan belanda kembali kekapal untuk meneruskan perjalanannya mencari pasukan
rakyat simpang setelah takdapat menemukan ketiga panglima perang kerajaan
simpang yang mereka cari,belum lama kapal belanda berjalan mudik kearah hulu
sungai simpang,terlihat sebua gunung tepat di arah depan haluan kapalnya,gunung
tersebut bernama gunung magang yang terlihat melintang sungai,yang membuat
pasukan belanda mengurungkan niatnya untuk terus mudik kehulu sungai,salah satu
pasukan belanda itu berkata,”bagai mana kita bisa meneruskan perjalanan
ini kapten,karna didepan kita ada gunung yang menghadang kapal kita untuk terus
berjalan kearah hulu sungai” dengan nada putus asa,karna mengingat
semangkin sedikit pasukan nya yang tersisa,hingga pada ahirnya pasukan belanda
tersebut memutuskan memutar haluan kapalnya untuk kembali pulang kemarkas nya
di sukadana saat itu.
Pada saat yang sama cuaca
tidak mendukung pasukan itu,hujan yang begitu deras menguyur pasukan dan kapal
belanda yang berniat mudik kehulu sungai,setelah kapten kapal memerintahkan
kepada nahkodanya untuk memutar haluan kapal,rombongan pasukan belanda itupun
menuju kearah pulang,setelah beberapa saat kapal itu bergerak menuju arah
pulang,kapten kapal belanda kembali memerintahkan kepada nahkoda kapal “kita
berhenti dulu nahkoda,pasukan kita butuh tempat berlindung dari guyuran hujan
deras ini”tutur kapten kapal kepada nahkoda,sambil nahkoda itu memutar
kemudi kapal kearah kiri untuk menepikan kapal kepinggir sungai tepat dibawa
pohon yang dililiti daun jelatang.
Sesaat setelah kapal itu
sudah bersandar ketepi sungai,tiba-tiba pasukan belanda beserta kapten dan
nahkodanya,merasa gatal-gatal diselurus tubuhnya,rasa gatal bercampur rasa
pedih membuat pasukan belanda itu merasa kesakitan,tanpa disadarinya karna
terfokus pada rasa sakit yang diderita pasukan itu,mereka membuang semua
senjata yang mereka pegang hingga terlempar kedalam sungai simpang,sambil
mengaruk-garuk tubuh yang gatal bercampur rasa pedih,tiba-tiba salah satu
pasukan itu berkata,”jangankan manusia,pohon kayu saja bisa membuat seluruh pasukan kita
menderita”tutur salah satu pasukan itu sambil menggaruk-garuk sekujur
tubuhnya,pada ahirnya kapten kapal belanda tersebut memerintahkan kepada nakoda
untuk segera bertolak menuju pulang kemarkasnya dengan segera.
Kini tempat tersebut
disebut oleh masyarakat kayong utara saat ini dengan sebutan lubuk senjata,yang
menjadi rangkaian saksi sejarah terjadinya peristiwa perang di kampong
belangkait,yang disebut dengan nama perang blangkait.
0 Komentar