Asal Usul Lubuk Senjata Di Matan

Asal Usul Lubuk Senjata Di Matan 

  Penutur: Bujang Ahmad (penjalaan) 
Penulis & editor : Miftahul Huda & Hasanan
Ilustrator : Supriono

Cerita ini dikisahkan oleh Nyai Asiah, istri dari Raden Gondel, orang tua dari ibunya Bujang Ahmad (penutur). Cerita Nyai Asiah, dulu pernah terjadi perang di Kerajaan Simpang. Perang tersebut dikenal dengan nama Perang Belangkaet. Karena perang terjadi di Kampung Belangkaet. Dulu kawasan ini disebut Belangkaet, sekarang disebut Natai Tunggal.


Letak kampung tersebut sebelum kota raja Matan. Jika kita dari hilir mengarah ke hulu Sungai Matan, posisinya sebelah kanan. Namun cerita ini sedikit berbeda dengan cerita Perang Belangkaet sesungguhnya. Cerita rakyat ini diangkat dari latang belakang sejarah Perang Belangkaet. Ada penyebutan tempat, peristiwa dan tokoh yang memang ada di tanah Simpang.



Dikisahkan pada zaman dahulu terjadilah sebua perang yang dikenal dengan nama perang belangkait,dikala itu keadaan kayong utara masih berbentuk kerajaan,kerajaan tersebut bernama kerajaan simpang matan,demi mengusai kerajaan simpang,belanda mencoba menerapkan pajak yang disebut dengan nama pajak blasting,akan tetapi raja simpang yang saat itu dipimpin oleh gusti panji tidak setuju dan menolak pajak blasting tersebut,ahirnya belanda mengancam raja akan melakukan penyerangan terhadap kerajaan simpang,dengan masukan dari beberapa panglima perang ahirnya kerajaan simpang melakukan perlawanan pada kekejaman penjajah belanda dalam upaya penjajah belanda menerapkan blasting di bumi yang kita sebut sekarang dengan nama bumi blangkait,hingga terjadilah perang yang disebut dengan nama perang belangkait.


 Pada satu ketika Penjajah belanda mencoba menelusuri dan memasuki wilayah sungai simpang hingga sampai keperuluan sungai,dengan maksud untuk mengetahui situasi daerah yang akan di datangi demi memudahkan pasukannya menyusun strategi perang,sementara kedatangan penjajah belanda tersebut sudah diketahui oleh rakyat simpang,dengan berbekal senjata yang disebut sumpit,rakyat simpang terus menjaga daerah kedaulatnnya,ketika kapal belanda sampai dimuara sungai simpang satu persatu pasukan belanda tewas karena disumpit oleh rakyat simpang,sumpit tersebut sangat mematikan karna pada ujung peluru sumpit tersebut sudah di beri racun yang sangat mematikan,orang pribumi biasa menyebutnya dengan sebutan ipoh.



 Satu-persatu pasukan belanda tumbang,semangkin kedalam penjajah belanda itu berlayar masuk semangkin banyak pula pasukannya yang tewas karna tekena peluru sumpit rakyat simpang,hingga pada ahirnya gerombolan penjajah belanda tersebut memutar haluan kapalnya untuk kembali pulang kemarkasnya yang berada disukadana pada saat itu.

 

Setelah sampai dimarkasnya,gerombolan Pasukan belanda yang masih hiduppun bercerita dengan pimpinannya “ kita tidak bisa masuk kenegeri simpang kapten,karna pasukan kita dihadang oleh monyet-monyet itu kapten” demikian penuturan pasukan belanda yang masih tersisah dengan nada kecewa dan marah terhadap rakyat simpang  yang menjaga daerah kedaulatnnya di wilayah sungai simpang ,sehingga menggagalkan rencana gerombolan penjajah belanda untuk mengetahui dan menyusun strategi dalam menaklukkan kerajaan simpang.

 

Kabar kegagalan pasukankan belanda untuk menelusuri sungai simpang pun sampai ke kota raja,dengan rasa gembira rakyat simpangpun bersuka cita,akan tetapi raja bersama para panglima perang tetap waspada terhadap penyerangan penjajah belanda yang kapan saja bisa saja melakukan penyerangan kembali.

 

Setelah beberapa pekan pasukan penjajahan belanda itu gagal,ahirnya iya menyusun strategi kembali untuk memasuki wilayah perairan sungai simpang agar dapat melakukan penyerangan ke kota raja,dalam penyerangan tersebut penjajah belanda membawa lebih banyak pasukannya, pasukan penjajah belanda itupun bertekad untuk menaklukan kerajaan simpang.

 

Hingga tibalah saat-saat yang dinantikan oleh Kaum penjajah tersebut,para penjajah itupun berlayar kembali menuju kota raja dengan membawa pasukan yang lebih banyak lagi,iya berharap dapat menaklukan kota raja yang letaknya berada di simpang matan saat itu,ketika sampai di dalam sungai simpang,pasukan belandapun dihujani dengan peluru-peluru sumpit yang sudah di racuni oleh rakyat simpang,satu persatu pasukan belanda kembali tewas,kali ini pasukan belanda benar-benar ramai saat melakukan penyerangan itu,hingga membuat rakyat simpang yang menjaga perairan sungai simpang menjadi kewalahan.

 

Walau sudah banyak pasukannya yang tewas,Pasukan belanda tetap saja melanjutkan perjalanannya menuju ke kota raja,kali ini iya bertekad untuk menaklukkan kota raja kerajan simpang,belum sampai pasukan belanda kekota raja,pasukan penjajah itu pun melihat

sebua rumah ditepi sungai,kemudian rombongan pasukan itupun menghentikan kapalnya  sejenak,terlihat ada seseorang yang sedang mementing alat musik gambus di rumah itu,kemudian salah satu pasukan belanda bertanya,”dinamakah jalan menuju kekota kerajaan”,akan tetapi pertanyaan itu takdijawab dan tak dihiraukan oleh seseorang tersebut,ternyata seseorang itu tuli,sambil mementing gambusnya orang tuli terus berulang kali mengucapkan ”jalan manusia dibawah jalan burung itu diatas”hingga berulang-ulang kali sambil memainkan gambus yang iya pegang

 

Walau  takdapat jawaban dari orang yang mementing gambus tersebut pasukan belanda terus berusaha mencari persembunyian  pasukan kerajaan simpang,sampai bertemulah pasukan belanda pada perbekalan senjata dan bahan makanan rakyat simpang yang di gantung pada ranting-ranting pepohonan ditepi sungai simpang.

 

Sementara pasukan kerajaan simpang yang sedang beristirahat tidak menyadari kedatangan pasukan belanda yang akan melakukan penyerangan,pada saat itu hanya ada Tiga(3) orang saja yang sedang menjaga persenjataan dan bahan makanan pasukan kerajaan yang hendak menjaga wilayah kota kerajaan,dua diantaranya bernama tok megat dan tok jambol selaku panglima perang,ketika salah satu penjajah belanda bertanya sambil memegang rambut salah satu panglima perang yang  bernama tok jambol”dimanakah pasukanmu bersembunyi” dengan nada mengancam, tiba-tiba tok jambol menghunuskan pedangnya tepat keleher kaum penjajah tersebut,akan tetapi usaha panglima itu gagal karna kaum penjajah itu menggunakan jubah besi hingga sampai keleher.

 

Melihat usahanya takberhasil ketiga panglima itupun berusaha menghindari kaum penjajah,setelah tak tampak dari pasukan belanda ahirnya mereka bertiga(3) berhenti sejenak, tempat pemberhentian tersebut berada di tak jauh dari tepi sungai simpang,tiba-tiba sala satu diantara ketiga panglima perang yang bernama tok megat pun berkata sambil melepas jimat nya yang iya ikat di pinggangnyatakberguna jimat yang kupegang ini dengan nada kecewa karna belum sempat menghancurkan penjajah belanda,kemudian tok megatpun membuang jimat tersebut kedalam sungai.

 

saat jimat tersebut di buang oleh tok megat kedalam sungai,tiba–tiba saja sesuatu yang aneh terjadi,air dimana tok megat membuang jimat tersebutpun menjadi (Geroh) berputar dan beriak dengan sendirinya,kemudian keluar suara dari jimat tersebut dan berbunyi “geroh dapat kutahan jika malaikat maut tentu aku tak dapat menahan” dengan nada menangis.

 

Disisi lain rombongan pasukan belanda kembali kekapal untuk meneruskan perjalanannya mencari pasukan rakyat simpang setelah takdapat menemukan ketiga panglima perang kerajaan simpang yang mereka cari,belum lama kapal belanda berjalan mudik kearah hulu sungai simpang,terlihat sebua gunung tepat di arah depan haluan kapalnya,gunung tersebut bernama gunung magang yang terlihat melintang sungai,yang membuat pasukan belanda mengurungkan niatnya untuk terus mudik kehulu sungai,salah satu pasukan belanda itu berkata,”bagai mana kita bisa meneruskan perjalanan ini kapten,karna didepan kita ada gunung yang menghadang kapal kita untuk terus berjalan kearah hulu sungai” dengan nada putus asa,karna mengingat semangkin sedikit pasukan nya yang tersisa,hingga pada ahirnya pasukan belanda tersebut memutuskan memutar haluan kapalnya untuk kembali pulang kemarkas nya di sukadana saat itu.

 

Pada saat yang sama cuaca tidak mendukung pasukan itu,hujan yang begitu deras menguyur pasukan dan kapal belanda yang berniat mudik kehulu sungai,setelah kapten kapal memerintahkan kepada nahkodanya untuk memutar haluan kapal,rombongan pasukan belanda itupun menuju kearah pulang,setelah beberapa saat kapal itu bergerak menuju arah pulang,kapten kapal belanda kembali memerintahkan kepada nahkoda kapal “kita berhenti dulu nahkoda,pasukan kita butuh tempat berlindung dari guyuran hujan deras ini”tutur kapten kapal kepada nahkoda,sambil nahkoda itu memutar kemudi kapal kearah kiri untuk menepikan kapal kepinggir sungai tepat dibawa pohon yang dililiti daun jelatang.

 

Sesaat setelah kapal itu sudah bersandar ketepi sungai,tiba-tiba pasukan belanda beserta kapten dan nahkodanya,merasa gatal-gatal diselurus tubuhnya,rasa gatal bercampur rasa pedih membuat pasukan belanda itu merasa kesakitan,tanpa disadarinya karna terfokus pada rasa sakit yang diderita pasukan itu,mereka membuang semua senjata yang mereka pegang hingga terlempar kedalam sungai simpang,sambil mengaruk-garuk tubuh yang gatal bercampur rasa pedih,tiba-tiba salah satu pasukan itu berkata,”jangankan manusia,pohon kayu saja bisa membuat seluruh pasukan kita menderita”tutur salah satu pasukan itu sambil menggaruk-garuk sekujur tubuhnya,pada ahirnya kapten kapal belanda tersebut memerintahkan kepada nakoda untuk segera bertolak menuju pulang kemarkasnya dengan segera.

 

Kini tempat tersebut disebut oleh masyarakat kayong utara saat ini dengan sebutan lubuk senjata,yang menjadi rangkaian saksi sejarah terjadinya peristiwa perang di kampong belangkait,yang disebut dengan nama perang blangkait.   

Posting Komentar

0 Komentar