Keramat Tok Mangku : Makam Raja-Raja Tanjungpura Era Sukadana Abad ke 15 - 16

 

Salah Satu Makam di Komplek Tok Mangku


Komplek makam bercorak Islam Tok Mangku, secara administrasi berada di Dusun Simpang Empat Desa Pangkalan Buton, Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Terletak di punggung Gunung Peramas, sejauh 800 meter arah timur dari jalan Sungai Mengkuang, dengan ketinggian 136 meter dari permukaan laut.

 Tok Mangku bukanlah nama tokoh yang dimakamkam dalam komplek tersebut, melainkan penamaan saja pada tokoh tokoh yang dimakamkan. Tok berasal dari Kata “Datok” yang berarti dituakan, sedangkan “Mangku” berati pemangku. Yang dimaksud pemangku adalah orang orang yang memiliki kekuasaan dimasanya.

Telah dibangun cungkup makam, beratap seng dengan ukuran 5 X 8 Meter, dengan tiang-tiang penyangga kayu belian. Lantainya dicor, dilapis keramik, dipagari kayu bersilang.

Ada 7 makam yang terdapat dalam komplek Tok Mangku. Tujuh makam tersebut kami identifikasi sebagai makam A, B, C, D, E, F dan G. Hanya makam A yang masih mempunyai nisan asli. Yang lainnya, diletakan batu jirat makam sebagai pengganti nisannya.

Nisan makam A terbuat dari batu andesit, yang diidentifikasi sebagai Tipde Demak Tralaya. Di bagian  kepala nisan, mempunyai inskripsi kalimah tauhid dalam lingkaran dengan aksara Arab.   

Jirat makam A tesrebut terbuat dari bata merah, pada bagian yang utuh berukuran besar. Konstruksi jirat relatif baik, walau di beberapa bagian sudah terjadi penurunan dan hilang. Bentuk jirat ini berundak, dengan motif dan ornamen persegi. Pemasangan bata merah dilakukan dengan sistem gosok, sehingga sebagian masih terkunci kuat walaupun sudah dimakan umur.

Dari lambang purnama sidhi yang ditemukan pada salah satu nisan, dapat dipercaya bahwa makam tersebut adalah makam ulama pada abad 15 – 16 Masehi. Sedangkan makam yang lain, dengan jirat yang lebih istimewa, terdapat batu kapur yang diduga sebagai raja-raja Tanjungpura era Sukadana.

Letak komplek makam berada di tempat yang tinggi, menjadi penanda keistimewaan makam ini. Hingga tahun 1800-an, masih menjadi tradisi dalam masyarakat, bahwa orang-orang penting seperti bangsawan dan ulama, beda letak makamnya. Bangsawan dan ulama selalu dimakamkan di lokasi yang lebih tinggi dari masyarakat biasa. 

Bahan jirat terdiri dari batu bata merah dengan ukuran besar, bercirikan guratan seperti batu bata merah era Majapahit akhir. Bata disusun dengan pola simetris tertentu. Sedangkan bahan jirat batu putih/batu kapur, yang berbentuk pola khusus jirat, menjadi penanda bahwa makam-makam ini bukan makam kebanyakan. Ketuaan dan kekhasan makam-makam ini, memberikan pemahaman bahwa ini bukanlah makam-makam orang biasa. Jika dihubungkan dengan makam raja-raja era Sukadana Tua, masih ada beberapa  yang belum diketahui secara pasti keberadaanya.

Perlu penelitian khusus dan serius, untuk mengungkap misteri Komplek Makam Tok Mangku. Sehingga dapat menjawab, siapa-siapa sebenarnya yang bersemanyam di komplek makam tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar