Tradisi Betangas Khas Simpang Matan
Dalam istilah melayu serumpun, ‘’Betangas’’
merupakan salah satu tradisi yang tidak pernah terpisahkan menjelang acara pernikahan. Namun uniknya
dalam tradisi melayu Simpang Matan, tradisi betangas ini bukan hanya digunakan
menjelang acara pernikahan saja, melainkan diperuntukkan juga untuk mengobati
orang sakit tertentu, seperti demam tumbuh ( demam dengan ruam ruam merah di kulit
), demam kurak ( demam yang sulit disembuhkan atau berkepanjangan serta sakit
beri beri dan lain sebagainya.
Apabila menjelang pernikahan ritual
kecantikan betangas atau mandi uap ini dilakukan oleh calon pengantin
wanita ataupun pria saat 2 – 3 hari
menjelang pernikahan. Uap yang digunakan berasal dari rebusan air rempah-rempah
tradisional seperti daun serai wangi, daun pandan, atau beberapa bahan lain
yang mengandung wewangian. Mandi uap ini bertujuan untuk membuat tubuh lebih
rileks serta menghilangkan bau badan sehingga saat pesta pernikahan tiba, sang
pengantin wanita memiliki bau yang harum
dan segar serta lebih alami.
Jika rumpun Melayu di Simpang Matan Kalimantan
Barat ada betangas, di pulau Jawa ada tradisi mandi bunga atau lulur sebelum
acara pernikahan. Pengantin wanita akan disiram dengan rendaman air bunga dan
disertai dengan tradisi lulur dengan bahan yang mengandung wewangian berasal
dari alam.
Siam, (60 Tahun) dari Desa Penjalaan Negeri
Simpang Matan adalah salah satu pelestari tradisi Betangas yang ia dapatkan
dari nyainya (nenek), sejak ia gadis hingga saat ini. Menurutnya tradisi betangas
tersebut bukan hanya sekedar ritual saja,
tetapi ada manfaat yang bisa diambil, misalnya mengobati penyakit, namun yang
kebanyakan adalah untuk menghilangkan bau badan menjelang acara pernikahan.
Bau badan dari calon mempelai akan hilang
jika rutin betangas setiap hari selama 3 hari menjelang acara pernikahan. Karena
setiap kali betangas calon mempelai akan
mengeluarkan keringat kotor yang menyebabkan bau badan. Akan tetapi biasanya
setelah betangas, keringat yang muncul nantinya justru akan
berbau wangi, atau tidak begitu
berbau. Selain itu wajah mereka akan bersih berseri, sebab setelah betangas
akan dilumuri dengan ramuan alami yang membuat muka serta badan lebih bersih.
Menurut Siam ada dua jenis betangas yang
biasa ia lakukan berdasarkan kegunaanya, yaitu betangas untuk berobat dan
betangas untuk upacara pernikahan. Keduanya memiliki perbedaan baik dari sisi
ramuan dan bahan serta prosesinya.
Betangas Menjelang Acara Pernikahan
Menjelang acara pernikahan Siam, yang biasa
menangani prosesi betangas ini biasanya dipanggil untuk memandu acara betangas.
Dari mulai mencari bahan ramuan, kemudian mengolah serta melakukan prosesi
betangas pada calon mempelai.
Alat dan rempah yang digunakan dalam Betangas
ini adalah sebagai berikut ; Periuk, tikar
pandan (dibuat melengkung), pisau, Batu pipis (untuk menggiling ramuan), beras
pulut (ketan), jeruk nipis atau nanas, daun pandan, daun serai wangi atau
dedaunan lain yang berbau wangi.
Bahan seperti daun pandan dan serai wangi
biasanya direbus dengan periuk atau tempat lainnya yang tidak terlalu lebar.
Setelah mendidih daun dibolak balik dulu hingga beberapa menit, setelah itu
periuknya ditutup dengan rapat agar uapnya tidak cepat habis, karena itu yang
akan digunakan orang untuk betangas nantinya.
Sambil menunggu rebusan pandan atau serai
wangi, biasanya juga sambil meracik ramuan lulur dengan bahan dasar beras pulut
( ketan ) dan jeruk nipis atau nanas. Mula mula beras pulut ( ketan) dicuci
hingga bersih kemudian digiling menggunakan alat tradisional berupa batu pipis
yang disebut batu pemipis. Setelah
beras pulut digiling dengan sangat halus
kemudian siap digunakan nanti untuk meluluri calon pengantin yang selesai di
tangas.
Ketika rebusan pandan wangi atau serai sudah
cukup maka proses betangas sudah siap, selanjutnya calon pengantin apabila ia
laki laki maka membuka baju, namun jika wanita memakai kemban lalu duduk di bangku
kecil, dihadapannya terletak periuk dengan rebusan rempah-rempah yang masih tertutup. Biasanya ia dibekali
sendok panjang dari kayu untuk membuka tutup periku sekaligus mengaduk aduk ramuan
ketika proses betangas sudah dimulai.
Setelah itu tikar pandan yang sudah disiapkan
dengan dijahit melengkung disungkupkan ( masukkan ) ke tubuh calon pengantin, sehingga ia
tertutup dengan tikar pandan yang hanya berlobang di atasnya saja. Selanjutnya
menutup bagian atas tikar pandan yang di sungkupkan) tutupkan pada calon
pengantin tersebut menggunakan beberapa
lapis kain dengan tujuan agar uap yang ada di dalamnya tidak cepat menguap.
Dengan demikian dimulailah proses betangas, maka calon pengantin membuka tutup
periuk serta sambil memgaduk aduk isinya.
Saat prosesi tersebut tak jarang calon
pengantin merasa kepanasan untuk sesaat, namun setelah lima menit biasanya
tubuh akan menyesuaikan bahkan lebih rileks karena aroma wangi yang menyengat bahkan
terkadang hingga keluar dari tikar
pandan. Uap yang dihasilkan dari ramuan betangas tersebut dipercaya baik untuk tubuh dan kesehatan. Uap
yang hangat dan berasal dari rempah tersebut, akan menempel pada pori pori
tubuh serta dapat menghilangkan bau badan dan membuat wangi.
Setelah 15 sampai 30
menit, calon pengantin keluar
dari tikar pandan, maka selanjutnya ia akan dilumuri bedak yang dibuat dari
beras pulut (ketan). Setelah sekujur tubuh dilumuri dengan bedak tersebut
kemudian dibersihkan dengan jeruk nipis ataupun nanas. Hal ini bertujuan untuk
membuang sisa sisa keringat kotor yang masih menempel pada tubuh setelah
prosesi betangas selesai.
Demikianlah proses betangas untuk calon
pengantin yang dilakukan selama 3 hari berturut turut. Bagi yang ingin betangas
bisa saja menumpang saat acara betangas dilaksanakan oleh yang punya
gawai. Namun khusus untuk yang belum
menikah tidak boleh membuat acara sendiri sebab dipercaya akan kempunan
yang bisa mengakibatkan beberapa hal bisa sakit atau mendapatkan
kesialan jika melanggarnya.
Betangas Untuk Pengobatan
Betangas
dalam tradisi masarakat Simpang Matan juga digunakan untuk mengobtai penyakit,
seperti berbagai sakit demam, biri biri dan yang lainnya. Prosesi betangas
dalam penyembuhan penyakit ini sama dengan prosesi pada betangas untuk calon
pengantin . yang membedakan hanyalah ramuan serta periode waktu betangasnya
saja.
Rempah yang
digunakan selain uap dari daun serai wangi atau pandan biasanya orang yang
sakit diwajibkan untuk memakan bubur kacang hijau, dan bawang putih bakar yang
dicampur dengan garam saat berada di dalam tikar pandan saat betangas .
Durasi waktu
yang diperlukan untuk betangas dalam
pengobatan ini biasanya hanya 10 hingga 15 menit namun rutin dilakukan setiap
pagi atau sore selama dua hari sekali selama satu minggu atau hingga penyakit
yang diderita sembuh.
Penulis : Miftahul Huda
Nara Sumber :
Siam ( Pelestari betangas ),
Isnadi ( Budayawan Penjalaan)
Artikel ini telah menjadi salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT
SIMPANG MATAN”. Jika ingin menyalin artikel ini silahkan sertakan sumber dari
kami atau Konfirmasi ke 085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian
kami terima kasih salam budaya.
0 Komentar