Tawar Jampi "Kenak BADI" (Kutukan)



BADI

Kata “Badi”sangat lazim dipakai pada kalangan masyarakat Melayu simpang.  Badi sering kali dikaitkan dengan penyakit atau kesialan yang diakibatkan oleh hal hal mistis, dan berasal dari perbuatan yang dapat memberi sebab akibat buruk kepada seseorang. Dengan kata lain Badi ini adalah sebuah kutukan sementara yang menyebabkan seseorang mendapatkan sakit yang tak kunjung sembuh jika di obati secara medis.  

Misalnya seseorang dengan sengaja ataupun tidak merusak sarang semut di tanah, lalu beberapa hari kemudian ia demam panas. Fenomena tersebut dipercayai masyarakat simpang “kena badi ngunjam tanah”. Sebab pada umumnya masyarakat Simpang percaya mengenai adanya mahluk ghaib sebagai  penunggu di dalam sarang semut, maupun penunggu lain terhadap binatang yang bersarang di dalam tanah.

Jika seseorang sudah divonis terkena badi, maka ia harus dikerenahkan (diurus) oleh orang pintar yang lazimnya disebut sebagai dukun kampung . Cara penanganannyapun bermacam macam, tergantung badi apa yang mengenai si sakit tersebut.

Dalam mendeteksi orang terkena badi atau bukan ini sang dukun biasnaya memiliki cara tersendiri yakni dengan cara betentemas atau betemas. Perlengkapan dalam betentemas ini diantaranya adalah; kunyit sirih dan kapur.  Selanjutnya sang dukun membaca doa yang disebut toto (mantera ) semacam pantun  yaitu ;

“Kun se rempang rempang, tanah bukit padang raye, tinggi gunung aku yang pegang allah yang punye kate, aku minta tunjukkan si …… ( nama ) apakah die kenak badi atau bukan “. Diulang hingga berkali kali didalam hati sampai sang dukun mendapatkan jawaban melalui bisikan ataupun tanda dari perasaanya. Maka setelah mendapat kepastian bahwa orang tersebut kena badi, sang dukun kemudian melakukan kerenah / ritual.
Biasanya setelah pengobatan usai dan si pasien sembuh maka ada tradisi mengunci agar penyakit badi tersebut tidak datang lagi. Perlengkapan dalam mengunci ini adalah nasi kuning, panggang ayam ataupun telur dua biji, asam garam, jarum , benang  dan pinang. 

Kemudian perabahan tersebut diserahkan pada sang dukun yang mengobati, untuk dibacakan do`a keselamatan dan tolak balak.  Sang dukun biasanya juga memberikan sedikit rezeki walau hanya sekepal pada tempat yang awal si pasien terkena sakit. Mislakan si pasien ini awalnya terkena badi ngunjam tanah, maka di lobang yang di hunjam tersebut akan diberi sekepal nasi oleh sang dukun.

Dalam tradisi simpang di kenal macam macam badi di antaranya yang populer adalah sebagai berikut ;

1.      Badi Ngunjam Tanah

Badi ngunjam tanah adalah sebab penyakit yang diakibatkan dari seseorang yang beraktivitas di tanah berkaitan dengan unjam mengunjam di tanah. Ngunjam dalam bahasa melayu simpang berasal dari kata hunjam yang berarti menancapkan sesuatu ke tanah. Biasanya dalam masyarakat melayu simpang aktivitas ini dikaitkan dnegan profesi petani, pekebun, tukang rumah atau aktvitas lain di alam terbuka yang berkaitan dengan tanah.

Pada saat aktivitas ngunjam mengunjam ini disadari atau tidak terkadang seseorang ada mengenai sesuatu, pada umumnya yang tampak adalah sarang semut ataupun yang tidak tampak. Sehingga mengakibatkan mahluk ghaib penunggu tanah yang disebut jembelang tanah menjadi marah karena rumah atau anak buahnya di ganggu.  

 Jembelang tanah dalam kepercayaan masyarakat simpang adalah sejenis makhluk halus yang hidup bebas dan tidak dipelihara oleh manusia. Tetapi Jembelang tanah juga ada yang memelihara jika sang dukun bisa mengendalikannya. Menurut cerita apabila dahulu seseorang dukun yang mempuni  biasa bersahabat dengan mahluk ghaib apapun termasuk jembelang tanah. Apabila ia ingin memanggil jembelang tanah cukup membaca toto (mantera) dengan sedikit dihidangan makanan maka jembelang tanah akan datang.

 Biasanya dukun dukun dahulu menggunakan Jembelang tanah ini untuk mengamankan pekarangannya ataupun keperluan tertentu. Jembelang tanah diyakini masyarakat Simpang biasa bersarang di tanah khsuusnya di bawah pohon yang dianggap angker seperti kayu are ( beringin ). Manusia  boleh saja jika hanya berteduh di bawah pohon tersebut, namuan dengan syarat tidak berbuat kerusakan dan keburukan  yang dapat mendatangkan kemurkaan  Jembelang tanah seperti ; meludah, kencing sembarangan, berkata kasar ataupun berbuat mesum dan merusak pohon.  

 Ciri ciri orang yang terkena badi ngunjam tanah biasanya akan merasakan sakit demam panas disertai sesak nafas. Jika sudah demikian maka Dukun kampung pun memberikan jampi tawar dengan perabah (perlengkapan) sebagai berikut ; berteh, beras kuning, daun pucuk, nasi sekepal, sireh, pinang,  gambir, kapur, dan tembakau hitam.  Perabahan tersebut sebagai media komunikasi antara sang dukung dengan jembelang tanah.

Saat melakukan pengobatan, sang dukun ketika memberikan perbahan tersebut akan betoto (berkomunikasi dengan mahluk ghaib). Isi dalam totonya adalah meminta pada jembelang tanah untuk tidak mengganggu si sakit, dan sekaligus meminta maaf jika memang ada kesalahan yang diperbuat dari si sakit, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Biasanya dalam beberapa wayah (waktu) apabila memang ia terkena badi ngunjam tanah, setelah di kerenah sang dukun, maka si sakit akan berangsung angsur sembuh.

2.      Badi Nabau

Ciri ciri orang yang terkena badi Nabau adalah badan terasa sejuk wajah ataupun perut bengkak, apabila diperiksa ke medis tidak ada penyakit yang pasti. Perlengkapan untuk mengobati orang yang terkena badi nabau adalah ; sirih, asam jawa, biji kedaung, dan bawang putih. Semuanya kemudian di racik lalu diminumkan pada yang sakit

3.      Badi Gane

Jenis Badi gane ini juga bermacam macam ada yang terkena gane di laut ataupun gane di darat. Orang yang terkena Badi Gane ini biasanya mengalami demam panas disertai bengkak, jika di darat biasanya ia melakukan aktivitas bakar bakar, baik sampah ataupun kebun dipekarangan kemudian tersenggol atau mengusik pada sesuatu yang tak terlihat. Akibat hal tersebut maka mahluk ghaib tersebut murka dan akhirnya memberikan efek pada si pelaku.

 Selain nama badi di atas, sebenarnya masih banyak jenis badi lainnya, hal ini merujuk pada sebab akibat yang dialami oleh seseorang terkena penyakit. Bisa saja ia terkena badi orang yang mati, badi kuburan, badi terumbuk, badi kayu, dan lainnya.


Penulis : Miftahul Huda 

Nara Sumber : Gusti Bujang Mas 


Artikel ini telah menjadi salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT SIMPANG MATAN”. Jika ingin menyalin artikel ini silahkan sertakan sumber dari kami atau Konfirmasi ke 085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian kami terima kasih salam budaya.

Posting Komentar

0 Komentar