BELELAP
Belelap adalah ritual yang biasa dilakukan oleh dukun kampung
yang khusus menangani ritual perobatan, dengan cara memanggil dan menghadirkan
serta memerintahkan mahluk ghaib untuk masuk ke dalam dirinya. Tujuan belelap
ini bermacam macam diantaranya adalah untuk perobatan dan mengetahui jenis
penyakit dan lain sebagainya.
Perlengkapan yang dipakai dalam belelap biasanya adalah ; kemenyan,
perapen, dan berteh beras kuning.
Mula mula kemenyan dibakar, berteh beras kunig dihamburkan, kemudian
sang dukun membaca mantra (toto), diam sejenak dan bersiul, tak beberapa lama
biasanya mahluk ghaib tersebt masuk ke tubuh sang dukun ritual. Pada saat sang dukun
sudah dimasuiki oleh mahluk ghaib, maka biasanya akan ada komunikasi antara
pihak keluarga dengan mahluk ghaib yang sudah masuk ke dalam badan sang dukun
ritual.
BEDEWE
Pada dasarnya funsgi “bedewe” sama dengan belelap, namun
terdapat perbedaan dalam perlengkapan dan tata cara ritualnya. Perlengkapan
dalam bedewe adalah ; mayang pinang, kemenyan, alat gendang, ayam masak, ayam
mentah, telur masak, telur mentah, berteh beras kuning, bubur putih, apam lima warna (merah, putih,
hitam, hijau, kuning ), bambu satu batang, kain biasa, kain putih, kain hitam, kayu
sengulang, nasi lima warna; (merah,
putih, hitam, hijau, kuning yang di bentuk cuncung), daun sirih, kapur, pinang,
dan tepung tawar.
Adapun tahapan ritual bedewe adalah ; bambu didirikan kemudian
di lobangi (tebuk) bagian tengah dan diberi lintang dengan kayu sengulang, dibawahnya
juga dibuat bentuk kotak dengan kayu sengulang, lalu semua perlengkapan lain
ditaruh didalamnya kemudian dibungkus kain.
Untuk mayang pinang di gantung pada tiang bambu. Kain putih dan kain hitam disimpan di atas
perlengkapan. Keseluruhan tempat ritual
bedewe itu disebut “taman”.
Saat dukun membacakan mantra, biasanya pembantu dukun (pebayu)
memukulkan gendang. Kemudian si dukun
berdiri dan berkeliling di taman sambil bernyanyi (menembang/berayah) di iringi
dengan alunan gendang.
“ Tinggi bukit gunung siantan, tampak
dari kuale sinur, abang pegi gile tak makan, adek dirumah gile tak tidok”.
Biasanya dalam menembang
tersebut diulang-ulang sampai selesai. Sambil sang dukun nembang, ia melakukan
aktivitas pengobatan dengan cara meniup-niup dan menyemburkan pinang yang kepada
tubuh si pasien. Jika si pasien sembuh maka dalam waktu 40 hari ia harus
membayar niat dengan melakukan ritual bedewe, namun ditambahkan ayam panggang 7
ekor (laboh tujuh). Semasa dalam prosesi
pengobatan terdapat pantang penti
diantaranya; tidak boleh membawa api dan besi masuk kedalam rumah tersebut.
kemudian pantang penti dalam hal makanan tidak boleh memakan binatang yang
berbisa, ikan berpetik, dan yang pedas-pedas. Dan biasanya jika pasien tidak
sembuh maka sang dukun mempersilahkan untuk berikhtiar berobat kepada yang
lain.
Penulis : Miftahul Huda
Nara Sumber : Gusti Bujang Mas
Artikel ini telah menjadi salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT SIMPANG MATAN”. Jika ingin menyalin artikel ini silahkan sertakan sumber dari kami atau Konfirmasi ke 085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian kami terima kasih salam budaya.
0 Komentar