Mengenal Ilmu NUJUM MELAYU “Datok Tapa”

 


Mengenal  Ilmu NUJUM MELAYU “Datok Tapa”

Masyarakat Melayu tradisional memang kaya dengan berbagai ilmu dan mereka mempraktikkannya dalam kehidupannya sehari hari. Hal ini sebagian dapat kita lihat dalam beberpa manuskrip atau kitab kitab kuno Melayu yang kini banyak tersimpan di beberapa  perpustakaan dunia, salah satunya yang terkenal adalah perputskaan Leiden, Belanda.

Di perpustakaan inilah manuskrip dapat diperoleh baik secara langsung maupun digital untuk  di pelajri kembali  yakni berupa Ilmu Melayu  lama  yaitu “Nujum”.  Ilmu Nujum merupakan ilmu untuk meramal sesuatu, biasanya berkaitan dengan manusia, berdasarkan abjad nama orang, serta hitungan hari serta  bulan Islam atau sesuatu benda yang berkaitan dengannya. Ramalan Nujum Melayu ini juga biasanya dilakukan untuk untuk menta’wil mimpi, gerak alam  seperti hujan, kemarau , peredaran bintang  dan lain sebgainya.

Ilmu Nujum atau Astrologi mempunyai hubung kait dengan Ilmu Bintang. Dalam ulasan riset untuk pembuatan Film Dokumenter berjudul “Nujum Melayu Datok Tapa” kali ini akan  membhas sebuah ilmu Nujum yang masih di lestarikan oleh banyak masyarakat melayu khususnya di pesisir Kalimantan Barat .

Tidak perlu untuk ke perpustakaan Leiden Belanda, ternyata sosok orang yang sudah tua, namun masih berbadan sehat dengan perawakan tinggi besar dan tegap  wajah santai dan berkharisma,  berasal dari Kampung Nipah Kuning Negeri Simpang ini memiliki beberapa Kitab Nujum melayu tersebut.

Namnya adalah Mustafa  61 Tahun, ia adalah salah satu orang yang masih menggunakan Ilmu Nujum Melayu klasik ini, ia  lebih di kenal dengan nama Datok tapa. Ia tinggal di Desa Nipah Kuning Kecamatan simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat.

Datok tapa Biasa menggunakan ilmu Nujum melayu ini guna meramal seperti keserasian jodoh, mengenali jenis wanita, meramal untung rugi dalam perniagaan, meramal tabiat manusia, ta’wil mimpi dan memilih hari yang baik untuk memulakan pekerjaan dan lain sebagainya.

Kebanyakan Ilmu Nujum Melayu yang di gunakan Datok tapa ini menggunakan kaidah yang agak rumit berdasarkan beberapa kitab  kelasik yang ia pakai di antaranya, Tajul Muluk, Bintang  Dua belas, Abi Maksarol Falkiyyah dan Mujarobat. Semua kitab kitab tersebut masih asli bertuliskan arab melayu yang tidak berharakat.

Kitab kitab tersebut ia dapatkan dari ayahnya, bahkan beberapa orang kerabat dekatnya juga menyimpan kitab kitab serupa, sebut saja pak Unggal Mus. Saat di temui dengan tim Balai Bahasa Kalimantan Barat, Pak Unggal Mustafa Nuriman (54) Tahun, yang beralamat di Nipah Kuning mengeluarkan banyak jenis kitab klasik yang di simpannya.

Menurut Pak unggal Mustafa kitab tersebut kebanyakan adalah kitab kitab pelajaran agama seperti Fiqih, Tauhid, dan lain lain salah satunya mengeni kitab langka seperti sufisme dan pernujuman. Kitab kitab tersebut adalah peninggalan dari guru agama yang sangat disegani di kerajaan simpang matan pada masa ,itu yakni Tuan Guru Muhammad Zaman atau yang akrab di sapa tok long majeman.

Dari beberapa Kitab kitab klasik nujum yang di pakai oleh Datok Tapa tersebut, beberapa formula atau rumus tertentu berasaskan pada hitung hitungan yang sangat rumit berdasar nama seseorang yang terkadang juga dikombinasikan dengan nama pasangan atau nama orang tua, semua tergantung peruntukkannya.

Akan tetapi yang unik dan anehnya walaupun di hitung menggunakan kitab yang berbeda beda, misal  jika si fulan memiliki tabiat  A, maka di kitab yang lain dengan metode hitungan yang lain hasilnya tetap saja A.

Datok Tapa dalam mengamalkan ilmu Nujum Melayu ini sangat berhati hati, sebab konsekwensi dari ilmu Nujum ini sangat berbahaya bagi seseorang yang awam. Berbahaya apabila merek salah pengertian dalam menyikapi hasil dari rabaan yang ia lakukan dengan ilmu nujum melayu ini.

Maka untuk menghindari  gagal faham tersebut, tak henti hentinya Datok Tapa selalu memberikan wejangan di awal awal orang yang meminta  Nujum padanya. Wejangannnya tak lain dan tak bukan adalah jika Nujum yang ia lakukan hanya sebuah sarana saja, akan tetapi hasilnya jangan ditelan mentah mentah.

“ artinya semua kita kembalikan lagi pada allah SWT, saya hanya menujum berdasarkan hitungan yang telah dibuat dalam Kitab kitab falak yang ditulis para ulama, masalah hasil kita harus percaya pada Allah SWT  bukan pada Falak biar tidak syirik, dan yang paling penting juga kita harus menyikapi hasil nujum ini dengan postif, insyallah jika demikian kita akan aman serta lebih berhati hati dalam bertindak dan bersikap serta seterusnya”. ungkap Datok Tapa mantap.

Setelah selesai melakukan Nujum, biasanya Datok Tapa menutup hasil nujumnya dengan kalimat Walluha`lam bishhowab. Artinya segala sesuatu kemabli ia serahkan pada ketentuan Allah SWT sebagai dzat yang maha kuasa dan maha segalanya.

“ jadi saya tidak mau jika menujum orang lalu percaya pada saya atau percaya pada nujumnya, hakikat nujum ini hanya sebagai bentuk Ikhtiar, tak ubahnya kita membaca sebuah tanda, maka tentunya bila tanda itu tidak baik buat kita maka kita bisa berhati hati dan meminta pertolongan Allah SWT, namun bila baik kita wajib bersyukur juga padaNya”. Ungkap datok tapa kembali .

Datok tapa juga menjelaskan bahwa Hakikat syirik yang sesungguhnya adalah sesuatu  yang menyekutukan selain dari Dzat yang maha kuasa, baik dengan Hati maupun perbuatan, misalnya saja dalam perbuatan tertentu saat kita berobat pada Medis, hal tersebut menurtnya bisa saja menjadi “syirik” jika salah dalam berniat.

“ misalnya saja begini, saya berobat medis dengan dokter si A, lalu saya berkata jika saya tidak berobat dengan dokter A ini maka saya tidak akan sembuh. Nah perkataan ini sudah merupakan sebuah kesyirikan sebab sudah mengakui kehebatan yang lebih dari Allah yang maha segalanya “. Ungkap datok Tapa.

Memang ilmu Nujum melayu saat ini sudah sangat langka, namun menurut Datok Tapa orang orang yang seumuran dengan dirinya di Negeri Simpang pada masa lampau hingga kini ada beberapa yang masih hidup dan menguasai serta biasa mengamalkan ilmu Nujum melayu ini.

Sangat memungkinkan ilmu Nujum melayu ini berkembang pada zamannya dimasa lalu dengan sangat pesat, serta telah banyak memberikan kontribusi berupa ilmu pengetahuan dimasa itu. Sebab secara historis bahwa wilayah Simpang pada masa lalu merupakan sebuah kerajaan yang juga turunan dari Kerajaan Matan dan Tanjungpura yang Masyhur diabad ke 14 masehi.  

Dengan ilmu Nujum atau perbintangan ini orang pada masa lampau lebih mudah dapat membaca  tanda tanda alam jika akan terjadi sesuatu, maka orang saat ini lebih mengidentikkan kemampuan tersebut bagian dari kemampuan Supranatural yang dimiliki oleh dukun atau cenayang atau sebuatan yang lainnya, dan cenderung  berkonotasi magis.

Padahal hal tersebut salah kaprah, orang orang dulu karena sering melebur dengan alam sehingga ia dapat mengetahui kebiasaan kebiasaan sehingga hal tersebut menjadi sebuah pertanda yang mana mereka sendiri juga sudah peka terhadap situasi yang akan terjadi. Kesimpulannya karena mereka arif dan bijak dengan alam maka mereka bisa membaca tanda yang telah diberikan alam pada mereka.

Selanjutnya dari hasil pembacaan terhadap alam tersebut mulailah mereka menuliskan menjadi buku atau kitab kitab dengan hitung hitungan yang mereka gunakan sebagai tanda, akhirnya ilmu tersebut di gunakan dan dapat bermanfaat  hingga saat ini .

Generasi saat ini barangkali sudah banyak lupa atau memang tidak tau dengan ilmu nujum atau perbintangan ini. Padahal ilmu Nujum atau perbintangan ini dibeberapa Universitas juga di pelajari khususnya yang berkaitan dengan perbintangan.

Sangat di sayangkan Ilmu yang berasal dari akar budaya dan tradisi Melayu klasik ini semakin hari semakin ditinnggalkan dengan berbagai alasan dan dinamika di dalamnya. Semoga saja kelak ilmu ini dapat kembali dipelajari oleh para generasi ke depan,  serta sedikit demi sedikit dijauhkan dari anggapan mistik atau magis yang selalu membayang bayangi ilmu Nujum Melayu ini.

 

ILMU NUJUM DALAM MANUSKRIP ARAB MELAYU (JAWI)

Manuskrip Melayu merupakan sebuah pertanda akan majuanya  peradaban yang diciptakana oleh para cendekiawan Melayu terdahulu. Kegiatan penulisan dan penggalian manuskrip dalam perbagai subjek dapat mewariskan ilmu dan pengetahuan di masa yang akan datang, sebagaimana mereka  para cendekiawan melayu terdahulu menggali suatu perkara hingga menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan.

Manuskrip adalah  naskhah penulisan dengan rentang usia tertentu dan lebih di alamtkan pada yang bertulis tangan. Manakala tulisan yang digunakan ialah arab melayu (Jawi). Maka tulisan Jawi dimaksud adalah  tulisan yang diadopsi dari huruf-huruf Arab sebanyak 30 huruf dengan tand baca (arab jawi ) guna membentuk  susunan dalam bahasa Melayu.

Jika secara umum arab melayu ini juga dikatakan sebagai arab gundul tanpa simbol tanda baca yang umum, namun bagi orang yang tau ilmunya akan mudah saja untuk membacanya, sebab tanda baca arab melayu ini sangat mudah dikenali.

Sangat sedikit sumber sumber sejarah mengenai manuskrip yang membahas tentang ilmu pernujuman melayu ini. Namun beberapa manuskrip yang ada, seperti di pegang oleh Datok Mustafa ini sudah cukup menjadi bukti tentang kehebatan peradaban melayu dimasa lalu.

Jika di pulau Jawa terkenal dengan  kitab primbon atau jangka Joyoboyonya, sehingga dengan kitab tersebut dapat memperkaya khazanah budaya dan ilmu pengetahuan, namun bila di Kalimantan Ilmu Nujum Melayu dengan Kitab Bintang dua belas, Tajul Muluk, Abi Ma`syarol falakiyyah al kabir serta Mujarobat ini cukup populer juga dikalangan masyarakat melayu tradisional.

Jika di telisik secara mendalam bahwa Manuskrip ini lahir dari masyarakat Melayu tradisional yang mana dalam kehidupan mereka banyak dipengaruhi oleh sistem kepercayaan dengan tumpuan utama yakni bermuara pada keyakinan pada  Allah SWT, Tuhan yang menentukan nasib manusia .

Faktor-faktor inilah yang sebenarnya telah menyebabkan adanya ilmu nujum atau perbintangan. Jika demikian apa yang akan terjadi kepada seseorang juga dapat  diramalkan atau prediksi melalui tanda tanda yang sudah tertulis dalam kitab kitab pernujuman tersebut.

Berdasarkan kitab kitab nujum melayu tersebut, bahwa ramalan ini dapat diketahui berdasarkan beberapa pertanda yakni melalui, bentuk fisik, tahun dan tanggal lahir, nama yang mana di dalamnya mengandung beberapa rahasia tentang masa depan.  

Nujum dalam kebudayaan Melayu selalu dikaitkan dengan ramalan mengenai nasib manusia yang dipengaruhi oleh alam sekitarnya sehingga lebih mendekati makna astrologi.  Padahal secara umum  mengenai ilmu nujum ini dibagi  menjadi beberapa nujum yakni Nujum , Raksi, Firasat, Takbir, Pelangkah, dan lain lain.

Dalam masyarakat Melayu pengertian ilmu nujum tidak sama dengan ilmu astrologi, kerana Nujum Melayu lebih kepada penujuman yang berkaitan dengan manusia berdasarkan abjad nama orang yang itu sendiri, nama hari dan bulan serta takwil mimpi dari apa yang di alami berdasarkan petunjuk dan tanda tanda. Wallhua`lam bishswab.

 

Penulis : Miftahul huda

Nara sumber : Mustafa ( Pemilik Imu Nujum melayu )

 

Artikel ini telah menjadi salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT SIMPANG MATAN”. Jika ingin menyalin artikel ini silahkan sertakan sumber dari kami atau Konfirmasi ke 085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian kami terima kasih salam budaya.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar