Foto Simpang masa lalu ( Dok Kerajaan Simpang Matan) |
BUSANA
DAN AKSESORIS PAKAIAN MELAYU SIMPANG
Oleh
Miftahul Huda
Namun kemudian perdagangan dan perkembangan
politik membawa pengaruh budaya,
terutama di bandar Sukadana yang pada masanya adalah pintu masuk bagi para
pedagang dan penyiar Islam yang ikut mempengaruhi cara hidup masyarakat Melayu.
Termasuk pada hari ini cara berbusana orang Melayu juga mengadopsi Islam
sebagai agama mereka, hal ini sangat memengaruhi cara berpakaian karena di dalam
agama baru ini terdapat kewajiban untuk menutup aurat baik bagi perempuan
maupun laki-laki.
Walaupun dalam kenyataannya khusus
pada masyarakat Melayu Simpang pada masa masa perkembangan Islam di awal saat
itu cara berpakaian mereka sangat sederhana, hal ini dapat dilihat dari data
pembanding pada dokumentasi foto tahun 1900an dimana terdapat orang yang
mendiami perbukitan dengan pakaian yang sangat sederhana yakni mengenakan tutup
kepala dan baju serta celana apa adanya tanpa alas kaki.
TUTUP
KEPALA
Penutup kepala atau hiasan kepala dalam masyarakat Melayu Simpang memiliki fungsi alasan praktis diantaranya adalah ; fungsi perlindungan estetik / hiasan, tujuan upacara tertentu dan makna simbolis. Ada beberapa jenis penutup kepala baik yang dikenakan kaum wanita dan pria dalam masyarakat melayu simpang, diantaranya adalah sebagai berikut ;
Songkok
/ kopiah
Sebagian masyarakat Simpang menyebut
Songkok adalah Kopiah, pada umumnya Songkok yang dimaksud ini berwarna hitam
dengan bentuk elips sesuai ukuran kepala. Pemakaian Songkok, atau kopiah ini
umum di Indonesia, namun juga terdapat pada di
Brunei, Malaysia, Singapura,
Filipina selatan, dan Thailand selatan.
Untuk yang berwarna putih sering
disebut dengan nama peci, namun pemakaiannya terbatas, dan jika dahulu untuk
orang orang yang khusus sudah naik haji. Namun pemakaian peci putih saat ini
sudah umum dikalangan awam maupun tokoh.
Kopiah tercatat pernah digunakan oleh pasukan khusus
Majapahit (Bhayangkara), juga dicatat dalam Hikayat Banjar tahun 1663, kemudian catatan Italia-Melayu
tahun 1521 dan dalam Hikayat
Iskandar Zulkarnain, tahun 1600 M. Sedangkan
dalam sastra Melayu, kata "Songkok" telah disebut dalam Syair Siti
Zubaidah tahun 1840.
Pemakian Songkok pada masa Kerajaan
Simpang pernah tercatat pada tahun 1823, dan dipakai oleh Gusti Mahmud bergelar Panembahan
Suryaningrat . Dalam catatan tersebut Gusti Mahmud mengenaikan Songkok yang
terbuat dari berbahan jerami.
Selain untuk beribadah, masyarakat Simpang dalam keseharian juga
sering memakai Songkok, terlebih pada acara formal maupun hajatan dan acara
resmi lainnya. Namun untuk Songkok yang dipakai oleh bangsawan khususnya raja
memiliki ke khasan, yakni Songkok hitam dengan motif khusus bersulamkan emas
yang disebut dengan “Songkok Pesemen”.
Tengkulok
Tengkulok biasanya dibuat dari kain
berwarna hitam tanpa lipatan dan simpulan yang berguna sebagai penutup kepala
dan bagian rambut. Kain hitam yang dibuat tengkolok ini juga memiliki fungsi
lain dalam keadaan tertentu, misalnya saat mandi juga bisa digunakan untuk
menyeka air seperti handuk. Dalam
keadaan darurat jika menghadapi musuh kain Tengkulok bisa dengan mudah untuk
menangkis serangan dari senjata lawan. Oleh sebab itu ikatan Tengkulok dibuat
degan sederhana tidak dengan simpul mati.
Cara pemasangan Tengkulok adalah
kain terlebih dahulu dilipat dengan bentuk segi tiga, kemudian bagian pojok
segi harus membelah ditengah kepala, namun sudut kainnya tidak boleh tampak
ketika melilitkan pada bagian kepala. Selanjutnya lilitkan kain dari sudut kiri
ke kanan dan sebaliknya, dan terakhir selipkan ujung kain pada bagian belakang
kepala.
Pada masa lampau, Tengkulok di
simpang ini biasa dipakai oleh masyarakat biasa serta bangsawan dalam kerajaan
kecuali raja. Namun pada masa sekarang, Tengkulok digunakan untuk fungsi adat
istiadat, upacara ataupun acara formal lainnya.
Jemulo
Jemulo atau Jempulor adalah tutup
kepala untuk ibu - ibu yang rata rata usianya diatas 45 tahun. Jempulo ini
biasa dipakai mereka saat aktivitas di kebun ataupun ladang. Fungsi dari Jempulo
ini biasanya selain sebagai tutup kepala juga sebagai alas saat mereka
menyunggi beban diatas kepala.
Alasan lain memakai Jempulo adalah,
terkadang jika seseorang membawa penangkin berisikan beban yang berat, selain
tali kebial (tali penangkin dua lembar yang ada pada badan), juga biasanya tali ribis (tali pada penangkin
bagian kepala) yang menjadi tumpuan saat membawa beban yang berat.
Jempulo ini dibuat dengan praktis,
yakni terbuat dari kain panjang yang sebenarnya multi fungsi atau bisa dibuat
apa saja. Untuk membuat Jempulo ini kain cukup ditarik persegi panjang kemudian
sisi atas kenakan dahulu di kepala, kemdian bagian kanan ditarik ke kiri,
demikian juga bagian kiri ditarik ke kanan hingga bertemu lalu dilipat dan
sampirkan ke belakang.
Kerudong
Kerudong atau kerudung begitulah
masyarakat Melayu Simpang menyebutnya.
Kerudong dengan jenis kain menyerupai selendang yang panjang pada masa dahulu sering dipakai.
Namun pada dasarnya kerudong adalah sejenis kain penutup kepala perempuan yang
menutupi bagian atas kepala . Bentuk
kerudong zaman dahulu di Simpang tak seperti saat ini yang sudah sangat
bervariasi, dan sebutan saat ini adalah jilbab dengan model yang sudah berbeda.
Bentuk kerudung Melayu Simpang zaman
dahulu sangat sederhana, yakni cukup kain segi empat panjang dililitkan pada
kepala, kemudian sisi kiri disampirkan
pada pundak hingga kebelakang semntara, sisi kanan disampirkan dari kiri hingga
menutup sebagian dada saja. Namun sebagian ada yang menggunakan kerudung
selendang ini hanya diletakkan saja pada kepala secara simetris dan sisi kiri
dan kanan dibiarkan menjuntai.
Pemakian kerudong pada wanita Melayu
Simpang pada masa itu juga sangat langka, rata rata seandainya memakaipun pada
acara acara tertentu saja. Sebenarnya kerudung yang dikenakan pada orang orang
dahulu terlihat sederhana namun tampak terlihat lebih elegan dan alami.
Saat ini rata rata Kerudong pada
masyarakat simpang sudah bervariasi jenisnya.
Selain fungsi religi, kerudong dikenakan juga untuk kebersihan, untuk fashion,
kesopanan, ataupun alasan lainnya.
Jetar
Jetar dibaca “jeta”, adalah ikat
kepala yang terbuat dari kain segi empat digiling atau dilipat kemudian di
lilitkan pada kepala serta diikatkan dengan simpul hidup. Jetar dalam tradisi
masyarakat Simpang dipakai oleh orang umum namun tidak bagi bangsawan, jika
dahulu pemakaian jetar artinya ada sesuatu yang darurat seperti adanya ancaman dari pihak musuh.
Kencong
Kencong adalah tutup kepala yang
khusus dipakai oleh raja-raja Simpang pada masanya, salah satunya adalah
Panembahan Gusti Roem. Kencong terbuat dari kain dan tidak ada lipatan, cara
membentuk kencong adalah kain segi empat, penjuru kiri dan kanan ditarik dengan
dipasang uang logam, dan diputar lalu dililitkan pada kepala dengan model pojok
kain naik pada sisi kanan bagian belakang.
Serban
Serban atau surban ialah sehelai kain panjang
penutup kepala berbentuk bulat menutup separuh atas kepala. Serban ialah
istilah yang digunakan oleh masyarakat Melayu Simpang dan jika zaman dahulu
biasa dipakai oleh orang orang khusus seperti pemuka agama di kerajaan ataupun
tokoh yang sudah menunaikan ibadah haji. Namun pemakaian serban saat ini sudah sangat
lazim, khususnya dikalangan jama`ah kuba/ tabligh yang saat ini sudah mulai ada
di masyarakat Simpang.
Terendak
Terendak adalah penutup kepala yang
lebar dan digunakan sebagai perlindungan
dari matahari dan hujan. Terendak biasanya dibuat dari daun mengkuang, anyaman
bambu, ataupun jerami padi. Terendak umumnya berbentuk kerucut dengan tepi
lebar dan terdapat kain untuk pengikat
dagu agar tidak mudah lepas. Terendak ini digunakan pada umumnya oleh para
petani yang bekerja di ladang.
Caping
Caping adalah sejenis tutup kepala
yang mirip dengan terendak berbentuk kerucut,
Pada bagian penahan kepala lebih tinggi sehingga wajah penggunanya lebih
terlihat. Pada umumnya caping terbuat dari anyaman bambu, daun pandan, atau
sejenis rumputan,ataupun daun kelapa.
caping juga dilengkapi dengan tali dagu yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan.
Tanjak
Tanjak ini berasal dari Melayu
Palembang, akhir akhir ini umum dipakai oleh masyarakat Melayu di manapun
termasuk Melayu Simpang sebagai simbol persatuan. Tanjak merupakan sebuah ikat kepala yang kerap dikenakan di dalam acara-acara
penting, seperti pernikahan, acara pemerintah ataupun adat.
Bahan dasar dalam pembuatan tanjak
dibuat dari kain songket dan berbentuk segitiga, namun ternyata tanjak sendiri
memiliki banyak jenis dan motif .
Lipatan kain tanjak memiliki
filosofi tersendiri, biasanya lipatan
pada tanjak berjumlah ganjil yakni 3, 5 dan 7.
Dalam pemakian tanjak hendaknya
simpulannya berada disebelah kanan tepi telinga, artinya bahwa orang yang
memakai tanjak hendaknya harus sering mendengar dari pada banyak bicara.
Apabila simpul tanjak di belakang, dan puncak menghadap kedepan, maka artinya
dipakai dalam keadaan suasana agak hangat ataupun akan perang. Apabila posisi
simpul menghadap ke sebelah kanan belakang dan puncaknya menghadap kekiri depan
maka biasanya dipakai dalam keadaan suasana acara resmi ataupun upacara adat
dan acara lainnya. Apabila arah puncak tanjak menghadap ke kanan kemudian
simpul menghadap ke kiri belakang, maka yang memakai adalah pembesar seperti
raja atau bangsawan.
PAKAIAN
Pakaian yang umum dipakai oleh
masyarakat melayu di nusantara ini bernama baju kurung yang dipakai oleh
perempuan dan baju telok belangak dipakai oleh laki laki. Ciri khas Baju kurung
dan telok belangak ini longgar,
berlengan panjang, serta melebar di bagian bawahnya.
Untuk Pakaian melayu pada masyarakat
Simpang sendiri terdiri dari atasan, yakni baju, dan bawahan yakni seluar
(celana) dan kain samping yang melilit pada pinggang. Untuk baju sendiri terdiri dari baju kemeja
lengan panjang biasa ataupun kemeja
lengan panjang yang memiliki motif tertentu, ini biasanya dimiliki oleh
bangsawan atau raja. Selain itu baju raja jumlah kancingnya juga ganjil dan
terdapat saku ada tiga yakni dibawah dua dan diatas sebelah kiri satu namun
kecil.
Baju kurung lelaki jatuhnya di bawah
bokong, dengan alas leher melebar, dan dilengkapi dua saku. Baju kurung pria
terdiri atas celana (seluar) dan kain samping, sedangkan baju kurung wanita
terdiri dari kain sarung berikatan ombak mengalun. Baju kurung pria memiliki
alas leher melebar, sedangkan alas leher baju kurung wanita sempit
KELEPNGKAPAN
PAKAIAN LAKI LAKI
Celana
Untuk lelaki, baju kurung biasa
dipasangkan dengan celana panjang yang disebut celana panjang malang. Disebut
celana panjang malang sebab ukuran celananya hanya sejengkal diatas dari mata kaki saja. Sangat jarang jika lelaki
memakai baju kurung dengan sarung saja tanpa memakai celana.
Kain
Samping
Kain samping adalah kain sampingan
yang dipakai bersama-sama dengan baju dan celana. Bisa saja kain samping ini
dibuat khusus menyerupai sarung ataupun lembaran panjang. Untuk mengenakan kain
samping ini, kain diputar ke arah kanan dahulu baru ditimpa arah kiri dan dilipat keatas. Apabila yang
memakai kain samping ini diatas lutut, maka ia adalah orang yang belum menikah,
bagi yang sudah berkeluarga maka memakai kain samping hendaknya 5 jari menutup
lutut.
Untuk pemakaian kain samping dengan
belahan tengah menyerong biasanya dipakai oleh para pengisi acara seperti
penari atau atraksi pencak silat dan lain lain.
Dan simpulannya apabila disebalah kanan ia adalah bujang laki laki,
sementara sebelah kiri adalah gadis belum berkeluarga, serta simpul tengah
digunakan untuk orang yang sudah berkeluarga.
Pada zaman dahulu aturan pemakaian
baju dalam masyarakat Melayu tergantung dari kedudukan mereka. Aturan ini
biasanya cukup ketat akan tetapi saat ini sudah tidak terlalu mengikat dan
longgar.
Kelengkapan
Pakian Perempuan
Baju kurung pada perempuan biasanya
dipasangkan dengan sarung yang digunakan sebagai kerudung. Apabila berada di dalam ruangan, maka kain
ini diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.Selain itu biasanya
pada pakaian baju kurung wanita terdapat Selendang yang disampirkan pada
bahu. Baju kurung perempuan jatuhnya di
bawah lutut, dengan alas leher yang sempit dan tidak memiliki saku
PAKIAN
ORANG SETELAH MELEHIRKAN
Bengokng
Bengkong adalah kain panjang yang panjangnya sekitar 10
meter. Hal ini memang digunakan khusus untuk menjaga perut ibu setelah melahirkan. Salah satu fungsi dari bengkung
ini adalah membantu untuk menjaga posisi tubuh
saat menyusui. Umumnya, penggunaan bengkong ini dilakukan setelah 40
hari setelah melahirkan dan juga dipakai saat-saat menyusui. Bengkung sendiri
juga bisa membuat sang ibu dapat memulihkan luka pasca melahirkan.
Tutap
Adalah pakaian bayi berbentuk segi
empat yang dipasangkan pada bayi yang bertujuan untuk mengamankan area bagian
depan. Cara pemakaiannya hanya diikat serong saja dari bahu ke pinggang bayi. Tutap terbuat dari potongan
potongan kain (percak).
AKSESORIES
LAIN
Cemare
Cemare adalah rambut palsu yang
dibentuk menyerupai siput dan ditempelkan untuk menghias kepala dengan cara
diberikan tusukan sebagai pasak yang disebut pasak siput. Pasak siput ataupun
tusuk konde ini terbuat dari plastik logam ataupun kayu. Cemare atau rambut
palsu ini tujuannya adalah untuk memperindah dan mempercantik seorang wanita.
Pada saat ini pemakaian Cemare sudah sangat jarang terlihat, jika dahulu pada
masyarakat Simpang sering dipakai untuk acara resmi ataupun hajatan oleh para
kaum ibu.
Jamang
Jamang adalah
perhiasan kepala yang dikenakan di dahi. Cara mengenakan jamang adalah
melingkari kepala menyerupai ikat kepala, biasanya menghiasi kening, puncak
dahi terus hingga ke pelipis. Pemakian
jamang pada masa lalu di Simpang hanya dipakai oleh bangsawan kerajaan, namun
saat ini digunakan oleh para penari ataupun saat acara pernikahan.
Pada zaman dahulu Jamang terbuat
dari logam mulia seperti emas atau perak
yang diukir halus, kadang terdapat intan atau
permata , Namun kini jamang biasanya terbuat dari kuningan yang
menyerupai emas.
Perhiasan jamang merupakan warisan budaya Hindu-Buddha pada masa klasik di
nusantara. Pada masa itu orang yang
memakai jamang menandakan bahwa yang mengenakannya adalah dari kasta ksatria,
orang kaya, bangsawan, atau keluarga kerajaan. Salah satu buktinya adalah
terdapat ukiran relief dan arca di Candi Borobudur dan Prambanan, menampilkan bangsawan
yang mengenakan jamang.
Telipok
Telipok adalah kain yang diselepangkan
untuk perempuan dari arah pinggang dan dada menuju ke belakang. Didalam telipok
ini terdapat motif atau rende rende sebagai hiasan. Pasangan telipok ini
biasanya adalah pakaian yang berwarna putih.
Selendang
Selendang adalah kain yang
berbentuk panjang sekitar 2 meter.
Selendang biasanya digunakan oleh perempuan. Dalam pemakaiannya jika dahulu
selendang sebagai ciri khas atau tanda. Apabila orang yang menyelepangkan selendang
dari bahu kanan ke pinggang kiri ataupun
di ikatkan pada pinggang maka ia adalah pembantu dalam kepanitiaan acara
hajatan. Sedangkan jika selendang dipakai lurus dari bahu kiri ke pinggang
bawah maka ia adalah undangan. Saat ini penggunaan selendang lebih pada fungi
yakni untuk menggendong anak, ataupun membawa sesuatu.
Selempang
Selempang adalah sehelai kain khusus panjang yang
dikenakan dari leher sebelah kanan menuju pinggul sebelah kiri dengan bentuk
menyelempang. Selempang leher dalam masyarakat Simpang digunakan untuk
pengganti jubah, biasanya dalam acara sakral seperti penobatan raja atau
penobatan gelar dalam kerajaan.
Gelang
Terdapat beberapa jenis gelang dalam
masyarakat simpang diantaranya adalah ; Gelang
gronong berbahan emas berbentuk rantai dan terdapat gronong (lonceng kecil)
sehingga ketika bergerak maka akan berbunyi. Gelang tersebut saat ini sudah
termasuk langka ditemukan. Kemudian Gelang belah rotan, adalah emas yang ditempa berbentuk pipih, kemudian
di lengkung bersambung -sambung. Selanjutnya ada gelang lusin, dimana gelang
ini juga terbuat dari emas kecil kecil namun banyak.
Bonel
Orang simpang menyebut anting anting
adalah bonel. Kemudian terdapat kelaziman saat kondisi tertentu, ketika bonel
dilepas biasanya tetap dikasih sesuatu pada daun telinga, yang lazim adalah
dengan memberinya benang dengan tujuan agar tidak merapat kembali.
Pada saat perempuan berusia masih kecil,
biasanya untuk membuat lobang pada daun telinga menggunakan cara tradisional
yakni dengan kunyit, arang serta ditusuk dengan jarum yang sudah di sterilkan
dengan api. Proses penusukan ini disebut dengan betindik. Selanjutnya setelah
ditindik baru dikasih kunyit dan arang serta dibiarkan kering hingga beberapa
hari.
Subang
Subang adalah sejenis anting anting
atau “bonel”, namun ia berbentuk pasak biasanya motif subang ini adalah bunga
bunga yang ditusuk ke arah belakang pada telinga dan terdapat kuncian.
Fungsinya sama dengan bonel ataupun anting anting.
Mampang
Adalah perhiasan leher yang terbuat
dari logam mulia berbentuk lempengan, dan diletakkan pada dada dengan rantai
yang melingkar di leher. Pada zaman dahulu pemakaian subang ini sering dipakai
oleh para tuan puteri kerajaan dan permaisuri. Namun saat ini pemakaian mampang
ini sudah tidak pernah dilihat.
Gigi
Gerang
Pada zaman dahulu di simpang untuk
mempercantik gigi dilakukan dengan cara digerang dengan cara menggunakan akar
kayu yang dibakar kemudian digosokkan pada gigi dengan tujuan untuk membuat
gigi lebih tahan. Dalam perkembangannya kemudian terdapat kebiasaan membuat
gigi dari emas serta perak, namun saat ini kebiasaan tersebut sudah jarang
bahkan hampir tidak ada lagi.
Kendit
Kendit adalah semacam gelang namun
terbuat dari benang yang dipasangkan pada bayi. Jika benang berwarna kuning
dipercaya sebagai aliran Tok Upui, dan yang hitam sebagai keturunan Tok Bubut. Namun sebenarnya tujuan utama pada
masa itu pemakaian kendit adalah untuk melihat sejauh mana tumbuh kembang anak.
Apabila sehat maka kendit akan semakin menyempit .
Artikel ini
telah menjadi salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT SIMPANG MATAN”. Jika ingin
menyalin artikel ini silahkan sertakan sumber dari kami atau Konfirmasi ke
085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian kami terima kasih salam
budaya.
0 Komentar