Adat Melahirkan Melayu Simpang
Matan
Entitas
masyarakat Melayu Simpang adalah masyarakat yang berdiam di kawasan kecamatan Simpang Hilir,
Teluk Batang, Seponti, Pulau Maya, Simpang Dua, Laur, Balai Bekuak, dan sebagian
kabupaten Ketapang . Dimana wilayah ini dahulunya
berinduk pada sebuah kerajaan yang bernama Simpang Matan pada abad 18. Kerajaan Simpang Matan sendiri adalah
vasal dari Kesultanan Matan yang juga turunan dari Kerajaan Tanjungpura pada
abad ke 14 M. Kerajaan Simpang Matan wujud
pada tahun 1744, didirikan oleh Pangeran Ratu Agung Kesuma Ningrat, dan turun
temurun hingga saat ini.
Dalam
rentang waktu tersebut kerajaan Simpang menjadi pusat
pengembangan peradaban, adat dan budaya
serta ajaran Agama Islam. Salah satu adat dan budaya yang masih dibina sejak
zaman kerajaan hingga kini adalah mengenai adat kelahiran. Bagi sebagian besar
masyarakat Simpang, bahwa menghadapi
prosesi kelahiran adalah sesuatu yang sakral, karena akan mendapatkan sesuatu
yang tak ternilai, maka dalam prosesnya tidaklah serampangan, ada norma dan
adat istiadat yang mesti dijalankan.
Berikut
adalah rangkaian adat kelahiran pada masyarakat Simpang Matan yang telah
diwariskan secara turun temurun.
Ngidam berasal dari kata “idam” yang artinya ingin,
sedangkan dalam masyarakat Simpang ngidam adalah suatu keinginan yang
dialami oleh seorang wanita yang sedang hamil. Ngidam bagi seorang wanita ini
terkadang bermacam macam jenisnya, ada yang ingin terhadap sesatu yang bersifat
wajar ataupun di luar batas kewajaran. Biasanya prosesi ngidam ini ada pada
bulan pertama hingga ke 3 usia kehaliman, bahkan sampai menjelang melahirkan di
usia 9 bulan.
Jika seorang
wanita mengidamkan sesuatu, maka ada kepercayaan bahwa keinginan tersebut haruslah
dipenuhi oleh suami. Ngidam dinilai bukanlah hanya keinginan sang ibu,
melainkan juga pengaruh dari si jabang bayi, oleh sebab itu harus dipenuhi
sebagai wujud cinta kasih dan pengorbanan seorang suami yang bertanggung jawab.
Tanda tanda seseorang wanita yang ngidam
biasanya memiliki keinginan secara tiba tiba memakan buah yang langka atau
sesuatu yang tidak wajar. Biasanya wanita
hamil yang ngidam dibarengi dengan sifat malas mau makan, sering merasa mual,
muntah, muntah, emosi tidak stabil dan lain sebagainya.
PANTANG PENTI ORANG HAMIL
Pantang penti untuk orang hamil dalam masyarakat Melayu
Simpang merupakan kepercayaan yang berdasarkan budaya yang terwarsikan secara
turun temurun serta diyakini. Sebenarnya pantang penti ini bukan hanya dari orang yang hamil saja,
namun dalam hal apapun di kehidupan
sehari-hari juga diatur. Menurut kepercayaan, apabila pantang penti
dilanggar, maka akan memberi kesan tidak baik bahkan bisa mendapat
celaka ataupun kesialan.
Kondisi saat ini banyak orang yang masih percaya,
terutama di kampung - kampung, namun tidak sedikit pula yang tak percaya.
Namun dalam masyarakat Simpang, sebagian
besar yang kental dengan adat budaya,
masih memakai pantang penti ini.
Dalam kepercayaan masyarakat Melayu Simpang , orang hamil harus menjaga
tindak dan tanduk dari mulai perkataan dan tingkah laku. Tidak boleh berbicara
kasar, tidak boleh asal bicara, tidak boleh bicara jorok (mencarot), tidak
boleh mengumpat (sumpah pisoh/ nyumpah). Jika hal tersebut dilakukan maka dipercayai
bisa menimbulkan akibat yang tidak baik kepada si jabang bayi yang dikandungnya. Biasa efek yang ditimbulkan
kelak si anak jika lahir dan dewasa akan bersifat seperti yang telah diperbuat
ibu selama masa kehamilan (seman).
Selain itu dalam
masyarakat Melayu Simpang Matan, orang yang sedang hamil tidak boleh menyiksa binatang
sejak awal kehamilan, bahkan jika mendekati persalinan sama sekali tidak boleh
membunuh binatang secara langsung dengan alasan apapun. Menurut masyarakat Simpang,
jika hal itu dilakukan nanti bisa menyerupai (nyeman) dengan binatang yang di siksanya . Misalkan
saja jika menyiksa binatang hingga cacat, maka anak yang dikandung kelak jika
sudah lahir akan cacat, sebagaimana ayah atau ibunya menyiksa binatang
tersebut.
Selain pantang
penti tersebut, masih ada lagi pantang
penti ibu yang sedang hamil dan tidak boleh melakukan hal hal lain, diantaranya:
1) Tidak boleh
membelit handuk di leher. Kelak jika lahir tali pusat anak terbelit.
2) Tidak boleh duduk
ditengah pintu, Sebab dipercaya akan sulit dalam persalinan.
3) Tidak boleh banyak
tidur siang, kelak anak di dalam perut akan besar.
4) Tidak boleh banyak
menangis, nanti anaknya menjadi cengeng.
5) Tidak boleh
berbohong, kelak kepala anak besar.
6) Tidak boleh malas,
kelak anaknya tidak memiliki daya (luge).
7) Tidak boleh
melihat gerhana bulan. Dikhawatirkan anak akan mendapat tanda hitam di badan.
8) Tidak boleh
menyumbat lubang ( semua jenis lubang), nanti bayinya susah keluar.
9) Tidak boleh
memaku, memahat dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan bayi akan mengalami bibir
sumbing, dan lain lain.
Sedangkan pantang
penti bagi suami adalah ;
1. Tidak boleh
aktivitas unjam mengunjam (tancap menancap), dikhwatirkan istri sulit
melahirkan. Jika dilanggar penangkalnya adalah ; sebelum melakukan hal tersebut
paku dipantakkan (ditancapkan) dengan mengucapkan serapah “jangan menyeman jangan menyakat”. Seandainya jika lupa sudah
terlanjur tertancap, maka penangkalnya kayu yang sudah terhunjam di rabun
ke perut ibu yang hamil. Jika sudah
melahirkan penangkalnya adalah mengusap usapkan tangan ke binatang seperti kucing,
jika tidak ada kucing bisa di usap usapkan tangan pada tiang rumah dengan
hakikat dan serapah “jangan sampai menyakat menyeman kepadaku “.
2. Tidak boleh
membunuh binatang, dikhawatirkan jadi seman. Jika terlanjur dilanggar penangkalnya adalah
bulu binatang di rabunkan pada perut si ibu melahirkan.
3. Tidak boleh
membuat lesung, dikhawatirkan anak jadi bisu, pantang ini berakhir sampai anak
bisa berbicara. Jika terlanjur dilanggar penangkalnya adalah ; merabunkan tatal
bekas lesung ke ibu yang melahirkan.
4. Jika rentang waktu
40 hari melahirkan, ketika ada sang suami bari datang dari kerja jauh, ketika
pulang tidak boleh masuk lewat pintu
depan, melainkan harus naik dari tingkap ( jendela), dengan cara diburu dengan
sapu lidi.
5.
Tidak boleh meras baju nanti sakit perut. Jika terlanjur dilanggar
penangkalnya adalah ; tawar jampi dengan bacaan ; “ kayu bedempak kayu bedempong
tanam datok meraje bise aku tau asal engkau mule menjadi pertame kau aik
menjadi pupuk, pupuk menjadi lumut , lumut menjadi tanah, tanah menjadi batu,
batu menjadi besi, besi kursani asal engkau menjadi, tajam tumpol bise tawar,
hak tawar ……….”. (tawar ulu aik/ tawar sakit perut)
6. Tidak boleh memukul
gendang atau bola, dikhawatirkan nanti anaknya mudah mengidap penyakit perut
kembung. Jika terlanjur dilanggar penangkalnya adalah; barang yang dipukul
diambil sedikit kemudian dirabunkan pada perut si ibu hamil (sebagai petudoh/ suatu
barang yang dijadikan syarat untuk menjadi penangkal dan sakral).
Walaupun dinilai
banyak tak masuk akal, namun pantang penti ini bertujuan untuk mendidik
masyarakat agar mengamalkan nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan. Disamping
pantang penti, dalam budaya masyarakat Melayu Simpang, aspek agama juga tak
boleh diabaikan, maka bagi orang hamil
dianjurkan untuk lebih rajin beribadah dalam masa kehamilannya.
NEMPAH
Pada masyarakat simpang sebelum orang hamil melahirkan, biasanya pada
usia 7 bulan kelahiran yang bertepatan dengan acara mandi bunting, terlebih
dahulu melakukan nempah kepada dukun
beranak atau mak dukun bayi. Nempah adalah
pemberian tanda ikatan dari yang memiliki hajat, biasanya diwakili oleh suami yang datang pada dukun beranak / Mak
Dukun. Tanda ikatan tersebut melalui ikrar bahwa dari mulai hamil hingga melahirkan nanti meminta bantuan
untuk membantu persalinan istrinya.
Nempah kepada dukun beranak ini menjadi tradisi yang telah turun temurun
ditengah-tengah masyarakat Simpang sejak lama. Walaupun saat ini peran
medis medis telah mengambil peran besar
dalam menolong ibu - ibu melahirkan, namun tradisi nempah dukun beranak masih dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat Simpang.
Jika dahulu dunia medis belum berkembang seperti saat ini, peran dukun
beranak sangat besar dalam persalinan, maka butuh keterampilan khusus dalam
menangani ibu yang akan melahirkan. Keterampilan tersebut antara lain harus
pandai mengurut, membuat ramu ramuan serta tawar jampinya. Namun saat ini dukun
beranak sudah berjalan beriringan dengan medis, walaupun proses persalinan
ditangani medis, namun peran dukun beranak juga masih ada. biasanya masyarakat Melayu
Simpang masih meminta air doa untuk memperlancar persalinan pada dukun beranak
yang disebut “selusoh”.
Dalam proses Nempah ini biasanya dilakukan oleh suami atau perwakilan
keluarga, mula mula mereka telah berjanji dengan dukun beranak mengenai waktu,
lalu datanglah perwakilan kepada dukun beranak dengan maksud melakukan Nempah.
Perabahan yang dibawa adalah tepak sirih serta kain putih minimal satu kilan.
Setelah menyampaikan maksud kemudian terjadi ikrar diantara keduanya.
“ Mak Dukun,
aku minta pegangkan anak biniku, untuk melahirkan, mohon mintak terimakan penempahku”.
Demikian ucap sang suami yang pergi kepada dukun beranak. Lalu sang dukun
biasanya menjawab;
“ aku terima
tempahan ikak, karena allah ta`ala. Selanjutnya di akhiri dengan seserahan
berupa tempat sirih dan kain putih lebar sekilan, sambil berjabat tangan dan
mengucapkan kalimat syahadat.
MANDIK BUNTING
Ketika seorang
wanita hamil pertama kali, maka pada usia kehamilan mencapai 7 bulan lazimnya
diadakan acara yang disebut masyarakat simpang dengan nama mandi bunting.
Sebelum diadakan acara mandi bunting, biasanya pada malam hari dilakukan acara
persiapan meliputi pembuatan anyam anyaman dari kelapa muda (janur), berupa
lelepas, belulok (kelapa muda), mayang pinang, kain kuning, benang, lilin,
kaca, tepung tawar, daun keladi, padi, telur, dan lain sebagainya. Namun
perlengkapan yang berbeda ketika dalam masyarakat melayu Kayong terdapat aliran
keturunan yang berbeda, misalnya pada keturunan Banjar, perlengkapannya adalah
; payung tujuh warna satu buah, darah kambing perempuan /laki laki
( disesuaikan dengan permintaan jenis kelamin), tetawak (gong), dan kelapa
tumbuh.
Pada malam hari
diawali dengan permainan tar (hadrah tradisi). Selain itu dalam kebiasaan
sebagian orang melayu kayong di samping acara betar juga ada acara besantuk dan
berinai. Saat acara mandi bunting biasa dilakukan dipelataran khusus, dengan
tabir kain kuning 4 penjuru. Kemudian si ibu hamil yang sudah didandani sedemikian
rupa indahnya, bersama sang suami menuju tempat pemandian, apabila tidak
memiliki suami karena meninggal atau yang lainnya, maka disebelahnya saat mandi
harus ada lesung batu. Berikut adalah urutan mandi bunting:
1.
Penyiraman
dipimpin oleh mak dukun beranak, kemudian secara bergantian dengan pebayu
(pembantu ritual) sebanyak 5 orang . mula
mula bunga mayang dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan di atas kepala ibu
hamil dan disirami dengan air kelapa muda tiga kali berturut-turut oleh satu
orang yang memandikan.
2.
Selanjutnya
melingkari keduanya dengan benang (belulus), benang tersebut kemudian ditarik naik
dan turun, dikuti dengan gerakan melompati sebanyak 5 kali ke depan dan
kebelakang.
3.
Setelahnya,
lilin dan kaca dikelilingkan sebanyak 5 kali ke depan dan belakang.
4.
Rangkaian
berikutnya adalah “belelepas” dengan menggunakan anyaman daun kelapa, lalu
anyaman tersebut disembur dengan air hingga lepas.
5.
Selanjutnya
daun keladi di bungkus lima lembar, kemudian diisi dengan air dan disiramkan
dari mulai dada hingga ke bawah secara bergantian.
6.
Selanjutnya
suami istri menijak telur yang dibungkus dengan daun keladi dan padi hingga
pecah.
7.
Selanjutnya
prosesi mandipun selesai, lalu diberi tepung tawar dan keduanya naik ke rumah
dan melakukan prosesi selanjutnya yakni suap menyuap serta dibacakan doa`
selamat.
Sedangkan pada
masyarakat melayu kayong yang keturunan banjar dalam prosesi mandi, mula mula
darah kambing sesuai permintaan di sapukan terlebih dahulu pada perut si ibu
hamil. Kemudian payung 7 warna tersebut dieri pancang kayu dan kelapa yang sudah
tumbuh dan diikatkan pada payung . Disebelah kiri dan kanan terdapat gong /
tetawak yang akan di duduki oleh sepasang suami istri. Selanjutnya mereka duduk
diatas gong dan dimandikan oleh orang tua masing masing.
MELAHIRKAN BAYI
Setelah
dekat hari H akan melahirkan biasanya dukun beranak yang sudah di tempah
terlebih dahulu akan melakukan ritual bebuang ke aik, adapun persyaratannya
diantaranya adalah ; perapen berisi kemenyan, berteh, beras kuning, telur,
sirih sekapur paku dan keminting yang diletakkan dalam mangkuk. Selanjutnya
ritual diawali sebelum pergi ke air dengan memberikan salam.
“assalamualaikum Nabi Adam, kami memberi
tahukan bahwa ibu …..(sebut nama ) akan melahirkan”.
Selanjutnya perabah (sesajen) tersebut dibawa menuju ke
air dan diantar dengan bacaan khusus.
“ assalamualaikum ya nabi Khaidir , Datok
Raja Kuning, Nenek Kokot, aku minta jagekan anak cucu maok melaherkan, sampai
selesai jangalah di ganggu”.
Setelah
prosesi bebuang ke aik selesai maka selanjutnya Mak Dukun memberikan “Selusoh” (jampi jampi untuk
mempermudah melahirkan). Ada beberapa jenis selusoh diantaranya adalah Selusoh
minyak dan selusoh tawar aik. Namun kedua jenis selusoh ini memakai bacaan yang
sama yaitu :
Bismilahirrahanirrahim
Sengkiler batang sengkiler,
menyapu batang kelulut,
melancar seperti aer,
aku makai kate belut.
Daon darak daon durik
Tanam tebu buah jelatang
Keluar kakak keluar urik
Jangan melekat tulang belakang
Daun darak daun durik
Tanam tebu apit apit
Keluar kakak keluar adik
Jangan memberik ibuk penyakit
Ikan kelik ikan sembilang
Keluar urat keluar urik
Setelah
membaca tawar jampi tersebut kemudian
dukun beranak meniupkan pada media air putih, ataupun minyak dan diberikan pada
si ibu hamil. Sampai pada tiba masanya
melahirkan, Mak Dukun membantu persalinan, jika sekarang sudah berkolaborasi
bersama tenaga medis.
NGERAT PUSAT
Sat bayi
keluar, dukun bayi kemudian membaca tawar jampi kembali.
“ bismillah, ikan durik ikan sembilang,
keluar urik keluar orang”.
Kemudian
menunggu tembunik (ari ari) keluar, mak dukun membantu posisi sang ibu jika
memang kurang nyaman. Selanjutnya tali pusar bayi diambil (dilurut) dan
disimpul dengan mmbaca surat Al Kautsar 3 x, surat Al – Qadr 1 x, kemudian baru
dipotong dan diikat dengan kain kase (perban). Jika dahulu pemotongan menggunakan
sembilu (bambu yang ditajamkan). Setelah dipotong dalam kain kase tersebut lalu
dimasukkan asam dan abu secukupnya, namun jika saat ini sudah menggunakan obat
obatan medis.
MENGADZANKAN DAN MENGIQAMATKAN
BAYI
Sesaat
setalah melahirkan dan bayi dibersihkan, biasanya jika laki laki akan diadzankan
oleh sang ayah, namun jika perempuan akan diiqamatkan saja.
KERENAH TEMBUNI
Dalam
mengurus tembuni (ari ari), dukun beranak biasnya yang membersihkan dari wujud
fisik hingga tawar jampi. Mula mula Mak Dukun menyuci tembunik hingga bersih,
lalu memberikan bedak langir, dengan membacakan tawar jampi yaitu ;
Mandi mandiam kau
Mandi datas papan
Mati matiam kau
Mati adak bekafan
Limau purut limau perpose
Hanyut sampan dari hulu
Belanger mbuangek dose
Angkat sunnah same perlu
Mau mandi mandiam kau
Maok mandi diatas papan
Mati mataim kau
Mati adak bekafan
Kemudian
diakhir dengan tepung tawar pada tembunik tersebut dengan bacaan yaitu ;
Tepung tawar tepung jati
Patah pucok mali mali
Aku maok betepung tawar
Mbuang ek pantang penti
Selanjutnya
tembunik (ari ari) tersebut ada yang ditanam ke tanah, ada yang ditaruh pada pohon
dan ada yang dibuang ke air. Hal ini berdasarkan keturunan dan kepercayaan. Jika
Melayu kebanyakan tembunik dihanyutkan ke air atau ditanam, jika orang Dayak
kebanyakan ditaruh di atas pohon. Jika orang bugis ditaruh di tepi dapur. Dalam
prosesi ini mak dukun memberikan tawar Jampi kembali yaitu ;
“ Assalamualaikum nabi adam, aku minta
jagekan kakaku, jangan mengacau adik yang tinggal”. Demikilah bacaan tersebut,
namun bacaan ini dapat disesuaikan dengan peletakan tembunik (ari ari). Jika
diletakkan di air, maka salamnya kepada nabi air yakni nabi khaidir, jika
diletakkan pada kayu maka salamnya kepada nabi kayu, yaitu nabi ilyas.
TANGGAL PUSAT DAN TAWAR ADAT
Jika sudah
sampai pada masanya ( wayah), pusar pada bayi terlepas biasanya 1 hingga 7
hari, maka diadakan doa selamat serta mandi dengan tawar adat dengan bacaan
yaitu;
“ nawaitu rofaal hadsil akbari min jamiil
badani fardhalillahi ta`ala, sengaje aku mandikan bayi, mandi junub mandi nifas
karena allah ta`ala”.
NAIK AYUN
Setelah
tanggal pusat biasanya pusar akan dimasukkan dalam “selipik jampang” ( tas berbentuk
dompet yang terbuat dari daun pandan). Selipik tersebut diikatkan ke ayunan
bagian atas dan diisi juga buku yasin, selalu dibawa mengiringi bayi ketika
dibawa berjalan kemana mana.
kemudian
diadakan ritual untuk naik ayun bagi si bayi pertama kali, rangkaiannya
biasanya menyatu dengan acara tanggal pusar. Perlengkapan yang disiapkan dalam
acara naik ayun adalah ; batu, sapu lidi, dan kucing. Mula mula sapu lidi dan
kucing dinaikkan ke ayunan , setelah itu bati barulah di naikakn ke ayunan
dengan bacaan yaitu ;
“dudi ngayun bayi, dolok ngayun kucing”.
Dalam
kepercayaan masyarakat Simpang, Kucing yang di naikan ke ayunan dapat
mengetahui adanya mahluk ghaib. Maka ketika Kucing di naikan sapu kemudian dikebaskan
kiri dan kanan, apabila ada sesuatu diatas ayun, maka kucing akan membawanya
lari agar tidak mengganggu si bayi yang nanti naik ayun.
Jika sembarangan
naik ayun tanpa melalui ritual, biasanya akan terjadi gangguan-gangguan,
seperti mata terbelalak sering melihat ke atas dan lain sebagainya. Orang dulu sering menyebutnya bayi terkena
sawan karena melihat sesuatu yang ghaib pada ayunan.
MEMBERI NAMA BAYI
Prosesi
memberi nama bayi ini biasanya masih satu rangkaian ataupun kelanjutan dari
acara naik ayun dan tanggal pusat. Dalam memberi nama bayi ini diadakan
selamatan dengan membaca surah yusuf jika laki laki, dan surah Maryam jikapun
perempuan. Serta diakhiri dengan do`a selamat serta tolak balak.
Pada akhir acara
biasanya ada beberapa nama yang sudah disediakan orang tuanya dalam sebuah
botol, lalu digoncang dan salah satu kemudian dipilih, apabila salah satu
kertas nama yang terpilih keluar, maka kertas akan dicelupkan pada air yang telah
dibacakan doa selamat dan surah maryam atau yusuf tersebut. Disaat pembacaan
surah tersebut bayi dihadirkan dengan beralaskan kain yang di dalamnya terdapat
beras dan dimuat dalam ceper (nampan ). selanjutnya keesokan harinya air tersebut
dibuat untuk mandi pada si bayi.
BEBERSEH (Basoh Lantai)
Selanjutnya
adalah proses bebersih / basoh lantai pada hari ke 40. Biasanya sambil menunggu
waktu, pada hari ke 15 dan 25 ataupun setiap beberapa hari sekali, mak dukun
bayi akan datang untuk memberikan sesuatu pegangan yang disebut pengkeras pada
si bayi maupun ibunya.
Ketika sudah
sampai pada waktunya (wayah), pada hari ke 40 maka si ibu wajib melakukan mandi
nifas atau yang disebut beberseh/ basoh lantai. Adapun kelengkapannya adalah :
1. Beras biasa, maknanya sebagai pengganti semangat,
2. Ayam satu ekor, akan dikaiskan ke lantai di tempat sang ibu
melahirkan,
3. Bedak langir, maknanya sebagai pembersih badan, dipakai ketika
sang ibu mandi 40 hari,
4. Kain, maknanya sebagai ganti kulit,
5. Kelapa setampang (sebelah), akan disapukan pada bibir bayi, dengan
makna sebagai pengganti wajah,
6. Telur dua biji, maknanya sebagai pengganti mata,
7. Kelapa bulat, sebagai pengganti kepala,
8. Benang, maknanya sebagai sebagai pengganti urat,
9. Pisang 20 biji, maknanya sebagai sebagai pengganti jari, tangan
dan kaki,
10. Gula merah, maknanya sebagai sebagai pengganti darah.
Pada
sebagian masyarakat melayu simpang, untuk perabahan (perlengkapan ) ritual
diatas ada yang menggenapi ada yang tidak, ini tergantung aliran keturunan mana
mereka berasal.
Setelah usai
mandi nifas maka selanjutnya ada ikrar antara dukun beranak dan suami yang
melahirkan. Tujuan ikrar tersebut menandakan
bahwa mak dukun sudah selesai dalam membantu persalinan. Adapun ikrarnya diawalai dengan syahadat dari suami yang melahirkan
dan dijawab oleh mak dukun.
Suami :
“ asyyahdullah ilhaillallah “
Mak Dukun :”
waasyhaduanna muhammadarrasulullah”.
Suami :
“ Mak Dukun saye ucapkan teriam kasih banyak atas bantuannye dari awal sampai
akhir, dan mohon diterima perabahan perabahan ini sebagai ucapan teriam kasih”. Sambil menyerahkan barang barang yang ada
diatas kepada Mak Dukun, biasanya zaman sekarang juga ada amplop berisikan uang
seikhlasnya yang diberikan sebagai bentuk ucapan terima kasih.
Mak Dukun :”
saye terima kerene allah ta`ala, dan maaf gak kalau ade yang salah dari aku
dalam sehari semalam “. Ucap mak dukun
mengakhiri.
GUNTING RAMBUT DAN TIJAK TANAH
Upacara gunting rambut ini satu rangkaian juga dengan, betijak
tanah, mandi - mandi, dan makan nasi adab. Acara ini bertujuan untuk membuang
kesialan dan memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi bayi yang baru
dilahirkan.
Upacara ini biasanya dilakukan setelah bayi menginjak usia 40
hari. Persiapan perlengkapan sebelum upacara terdiri dari, berteh, beras
kuning, rokok sebatang, telur, paku,
keminting, dan besi. Selanjutnya perlengkapan itu dibawa ke air dan dihanyutkan
dengan bacaan ;
“Assalamualaikum
nabi haidir, raje kuning , nenek krokot, ini aku memberik tau anak cucuk mau gunting
rambut”.
Selanjutnya dalam persiapan acara guntung rambut adalah; tanah masjid,
sebuah kelapa muda yang belum berisi, beberapa bentuk sebuah gunting, lilin kuning atau lilin lebah, bunga sebanyak 7
jenis, benang 7 warna, beras kuning dan berteh, satu mangkok tepung tawar, 7
jenis dedaunan yang diikat menjadi satu, sehelai selendang, telur, minyak
wangi, dupa,dan beliung.
Urutan acara guntung rambut ini adalah sebagai berikut:
1. Bayi diberi pakaian yang bagus dan umumnya berwarna
kuning.
2. Sebelum gunting rambut dilakukan
dibacakan dulu alberzanji secara bersama sama setelahnya dilakukan guntung
rambut. Untuk Mak Dukun yang ikut menggunting biasanya sebelum mengguntung juga
membaca bacaan yakni ; “ Bismillahirrahmanirrahim,
pisok khusus bumi allah, jasmani jasmani , aku mintak potongkan rambut biak
bayi kecik ini “.
3. Bayi digendong oleh salah satu
orang tuanya, di sampingnya terdapat orang yang bertugas membawa perlengkapan.
Pemotongan rambut dimulai dari pihak keluarga yang paling senior atau undangan
yang paling terkemuka.
4. Biasanya potongan rambut
disimpan/dimasukkan ke dalam sebuah kelapa muda yang telah diukir dan dipotong
bagian atasnya. Kelapa tersebut diletakkan di atas nampan. Potongan rambut di
dalam buah kelapa ini akan disimpan di kolong masjid atau musala.
5. Masing-masing orang yang memotong
rambut bayi diberi satu wadah plastik yang berisi telur ayam yang telah direbus sebanyak 3 butir.
Telur-telur itu diberi warna warni dan
lalu dibungkus dengan kertas khusus, serta diberi tangkai.
6. Setelah pemotongan rambut selesai, orang tua
menyerahkan bayinya kepada dukun bayi kembali. Selanjutnya pihak keluarga
melanjutkan doa mereka dengan melantunkan doa.
Rangkaian berikutnya adalah acara Tijak Tanah
dengan persiapan dan proses sebagai
berikut :
1. Pembuatan tangga dari tebu, yang bermakna proses hidup untuk menuju sebuah tujuan, kita perlu
berjuang seperti menaiki langkah demi langkah menuju puncak tertinggi, puncak
tertinggi itu adalah tercapainya sebuah kesuksesan. Mula mula bayi akan ditijakan
pada tanah, lalu tebu, setelah tebu kemduian menijak piring pertama yang berisikan
kue tawar, yang berbentuk angka 8 beberapa biji, kemudian menijak piring kedua
berisikan kue di sangrai yang berbetuk tangga, bulan, bintang dan bulat matahari,
piring yang ketiga berisikan tanah, uang perak, telur ayam, yang ditutup dengan
daun keladi, proses penijakan dilakukan sebanyak tiga kali putaran. Pada
penijakan terakhir tumit si bayi diinjakkan ketelur hingga pecah. Acara di akhiri dengan rebutan batang tebu
yang terbuat dari tangga, dimana dalam rebutan itu dilakukan oleh anak anak.
Dalam hal ini rebutan tangga tebu dimaksudkan bahwa rezeki dari tuhan harus diihktiarkan
dengan cara berusaha dalam dunia.
2. Pembuatan balai Jawe, yaitu semacam miniatur rumah tanpa
dinding, yang bermakna tempat untuk berteduh
atau tempat tinggal.
3. Kueh cengkarok, sagon, dodol merah
dan putih, air cucor . ini melambangkan
bekal dalam kehidupan di dunia.
4. Tanah yang ditijak bermakna bahwa manusia berasal dari tanah dan
akan kembali ke tanah, maka jangan terlalu terbuai oleh duniawi yang sementara.
Dalam proses ini memiliki makna perjalanan anak mulai dari dalam balai atau
rumah dari tebu sampai dengan menginjakkan kaki ke tanah, yang bertujuan
mengajarkan anak tentang perjalanan hidup dan hakikat manusia di dunia.
5. Tubuh anak dioleskan dengan Tepung Tawar. Dalam ungkapan orang
melayu, yang disebut Tepung Tawar bermakna, menawar segala yang berbisa,
menolak segala yang menganiaya dan menepis segala yang berbahaya.
Bagi yang masih keturunan bangsawan biasanya
diadakan acara “betimbang” dengan dacing kayu (timbangan). Dimana dalam timbangan berisi, beras, gula merah,
kelapa setampang, pisang sesisir, rempah-rempah, dan buah kundor. Selanjutnya
si bayi diletakkan ditimbangan yang berisi kain 7 lapis, sedang daun timbangan
yang sebelahnya diisi dengan barang-barang tersebut di atas.
Selanjutnya setelah acara tijak tanah selesai
maka si anak akan dimandikan. Dalam proses ini anak dimandikan oleh orang tua,
keluarga, dan kerabat terdekat, hal ini bermakna agar anak ingat akan keluarga
serta sanak saudaranya dan juga bermakna agar sang anak kembali bersih karena
akan didoakan.
Setelah usai mandi yang dilakukan mak dukun maka
berikutnya, sang bayi dibawa masuk dan diganti pakaian. Setelah itu didudukkan
seperti pengantin kawin/sunat menghadapi nasi kuning. Kemudian secara simbolis
nasi dengan kelengkapannya disuapkan kepada sang bayi. Kemudian dibacakan do’a
selamat tolak bala.
Pada sebagian masyarakat melayu simpang yang
lain, khususnya yang lahir di bulan safar maka diadakan prosesi ritual ada
tumbang apam selama 3 tahun berturut turut setiap bulan safar. Tujuan ritual
tumbang apam ini adalah dengan tujuan menjaga keselamatan . perlengkapan tumbang
apam adalah ; apam beras yang dibuat dari tepung beras di cucuk dengan lidi
kelapa yang nantinya ketika membaca do`a / berjanji apam tersebut didirikan
setelah usai maka apam tersebut ditumbangkan
dan di bagi ke jamaah undangan. Sebagian masyarakat melayu Simpang lain ada
melaksanakan acara tumbang apam ini diperuntukkan guna mengganti nama.
Demikianlah rangkaian adat melahirkan dari
sebelum hingga sesudah, walaupun sebenarnya rangakaiannya nanti sampai pada
usia dewasa. Jika laki laki akan
bersunat dan jika perempuan hingga belamin. Semua memerlukan peran para tokoh
adat terutama Mak Dukun bayi yang selalu terlibat dari si anak sebelum lahir hingga
dewasa, bahkan pernikahan.
Maka dalam tradisi masyarakat Simpang, mengingat
peran dukun beranak sangatlah besar, dalam hal apapun mereka harus diberi tahu.
Bahkan setiap tahun zakat fitrah wajib kepada sang dukun minimal 3 tahun. jika ada acara yang berkaitan dengan si anak
maka apapun bentuknya Mak Dukun beranak biasanya diberitahu khusus. Hal ini
adalah bentuk kepatuhan dan kearifan dari masyarakat Simpang yang masih dipertahankan
hingga kini.
PANTANG PENTI BAYI DAN ANAK ANAK
Dalam
tradisi dan kepercayaan masyarakat Melayu Simpang untuk bayi maupun anak anak
terdapat beberapa pantang penti, antara lain adalah ;
1. Saat bayi tidak boleh di hadapkan pada matahari malang (antara
malam dan siang) dan dibawa bepergian saat hujan panas.
2. Jika ada orang meninggal maka si bayi akan dibisikkan dengan kat
kata; “ jangan dengar capak orang mati,
dengarlah cakap yang hidup, di teriak ek yang mati jangan nyaut”. Sambil wajahnya
diconteng dengan kapur.
3. Bayi sebelum empat puluh hari dilarang menyebrang laut, biasanya
khusus untuk anak pertama.
4. Bayi tidak boleh ditinggal sendiri di ayunan, jika ditinggal harus
diletakkan besi dibawah ayunan sebagai pengkeras .
5. Bayi tidak boleh di cubit ke bagian pipi.
6. Saat anak atau bayi dibawa bepergian, biasa keningnya akan
diconteng dengan arang sambil membaca ;
Bismmillahirrahmanirrahim
Unduk unduk angkah angkah,
Hantu menundok anak cucu melangkah
Menebas batang resak, dapat
mengkarong kudong
Melihat mate picak, betutop kaen
betudong
Anjang anjang si parang panjang, Ku
tolak dengan ulunye
Datang hantu lengan panjang, Ku tolak dengan pengulunye
Tetak kayu di hutan, kerakap daun
simpor
Pepuah hantu setan, jangan ngacau
anak cucuk tidok
Penulis : Miftahul Huda
Nara Sum : Nek Ayu
Artikel ini telah menjadi
salah satu isi buku “ADAT ISTIADAT SIMPANG MATAN”. Jika ingin menyalin artikel
ini silahkan sertakan sumber dari kami atau Konfirmasi ke 085246595000 untuk
mengetahui perkembangan penelitian kami terima kasih salam budaya.
0 Komentar