Rekam Jejak AMRU CHANWARI

 


Amru Cahnwari, adalah putra kedua dari bapak Achmad Yamani K., dan ibu Hasnah. Ia lahir di Teluk melano pada 54 tahun silam, tepatnya tanggal 14 oktober 1970. Di kota kecil Teluk Melano yang juga bagian dari bagian negeri Simpang Bumi Belangkaet ini, banyak membentuk dan menempa kepribadian nya dari sejak kecil hingga saat ini.

Negeri Simpang bagi Amru, adalah sebuah identitas budaya dan geografis yang berakar pada aliran Sungai Simpang. Dahulu disini pernah berdiri sebuah Kerajaan dengan nama Simpang Matan, yang telah wujud sejak abad ke 18. Wilayahnya saat itu jika berkaca pada keadaan hari ini membentang dari Kecamatan Simpang Hilir, Kecamatan Teluk Batang, Kecamatan Pulau Maya dan Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara, serta Kecamatan Simpang Dua dan Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

 


Di kota kecil teluk melano ini, Amru memulai pendidikan ditingkat sekolah dasar pada tahun 1983 kemudian melanjutkan ke tingkat SMP, dan terakhir ke jenjang SMA dan tamat pada tahun 1989 di Sukadana.

 


Kakeknya bernama Raden Mas Kromodimedjo, ia  adalah seorang pejuang dimasa kolonial Belanda di tanah Jawa, yang kemudian ditangkap dan dibuang di Kalimanttan pada 1930. Dalam masa pembuangannya ini ia menikah dengan Utin Zubaidah yang merupakan keponakan dari Raja Simpang yakni Gusti pandji.

 


Sikap kakeknya yang tegas dan disiplin, membentuk karakter ayahnya, yang kelak mendidik dirinya bersama 8 bersaudara lain dengan pola yang sama. Setelah tamat SMA, ia memulai usaha sebagai pengrajin kayu pada 1990 - 2008, kemduian menjadi pengusaha jasa konstruksi hingga tahun 2014.

 


Pada masa awal-awal pembentukan Kabupaten Kayong Utara, Amru bersama para tokoh pemekaran lainnya, di 6 Kecamatan, yakni Sukadana, Pulau Maya, Seponti, Teluk Batang serta Simpang Hilir,  juga turut andil mengawal.  Hingga akhirnya pada tanggal 26 juni 2007, Kayong Utara resmi mekar menjadi sebuah kabupaten baru di Kalimantan Barat. Jasa terbesar pemekaran ini tak terlepas dari peran Bapak Usman Sapta Odang (OSO), sebagai putra daerah yang saat itu membantu sekuat tenaga, baik finansial maupun pemikiran dalam perjuangan di tingkat pusat.

 


Untuk mendukung pembangunan dan perkembangan Kabupaten baru, Amru bersama rekan rekan aktif diberbagai organisasi, baik bidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Pada tahun 2014 hingga 2019, ia juga sempat menjabat sebagai anggota DPRD kayong utara dari partai GERINDRA.

 


Berbicara soal Kayong Utara, sebuah kabupaten yang baru memasuki usia remaja dengan ibu kotanya Sukadana, yang mana pada masa silam tepatnya di abad ke 14, pernah menjadi ibu kota dari kerajaan tertua di Kalimantan Barat yakni Tanjungpura. Yang Selanjutnya kerajaan Tanjungpura ini menurunkan Kesultanan Matan, Kerajaan Simpang Matan dan kerajaan kerajaan lain di Kalimantan Barat. Kemudian pada masa kemerdekaan sistem pemerintahanpun berganti, maka seluruh eks Kerajaan melebur menjadi bagian dari NKRI, tak terkecuali Sukadana dan Kerajaan Simpang Matan yang saat itu berubah menjadi Wedana serta Kecamatan. Hingga waktupun terus bergulir sampai akhirnya, Kayong Utara mekar menjadi sebuah kabupaten termuda di kalimantan barat dan berjalan hingga saat ini.

 

Para pemimpin kayong utara dimasa transisi dan awal, telah meletakkan dasar dasar pembangunan untuk kayong utara yang lebih baik, dari mulai peningkatan SDM di bidang pendidikan gratis, hingga layanan publik berupa kesehetan gratis, adalah sebuah program yang sangat beramanfaat bagi sebuah daerah baru sebagai tonggak estafet menuju pembangunan selanjutnya.

 

Pada masa masa berikutnya,  tentu akan menjadi tugas bersama, sebab dengan kebersamaan dan rasa kekeluargaaan akan menjadi modal besar untuk membawa Kayong Utara ini lebih maju dari saat ini.

 


Selain itu Amru melihat berbagai potensi yang ada di Kayong Utara, juga harus dimaksimalkan. Misalnya saja, menilik sejarah masa lampau bahwa bandar Sukadana di abad ke 14, pernah menjadi salah satu jalur perdagangan dan jalur sutra yang paling penting di bagian barat Borneo. Hal ini bisa menjadi semangat  bersama, untuk membangkitkan agar Kayong Utara kembali menjadi menara gading dan disegani oleh daerah daerah lain.

 

Kemudian dengan keragaman dan warisan budaya yang majemuk di Kayong Utara, juga menjadi aset  sekaligus perekat, sehingga terbentuk budaya yang unik, dinamis, saling mengisi serta memberi warna, dalam nuansa harmoni dengan bingkai keberagaman.

 

Selanjutnya sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, dimana Kayong Utara terdiri dari 6 kecamatan, yang  memiliki daratan yang subur, lautan luas yang kaya akan sumber dayanya, hal ini tentunya juga harus kita kelola dengan baik secara bersama sama.

 

Belum lagi bentang alam yang indah di Kayong Utara yang menjadi sebuah pesona luar biasa, sehingga dizaman kolonial, Sukadana pernah dijuliki dengan nama “Brussel Van Borneo” yang mana Sukadana pada masa lalu disebut mirip dengan sebuah kota kecil nan indah di Belgia yang juga bernama “brussel”. Maka berdasarkan hal tersebut,  wajar apabila Kayong utara memiliki banyak potensi wisata, baik alam, budaya, dan sejarah yang  perlu diurus dengan serius serta berkelanjutan.

 

Belum lagi potensi sumber daya manusia di bidang ekonimi kreatif, Keagamaan,  sosial dan budaya yang juga harus kita urus secara bersama dengan adil dan merata.

 

“ Maka atas dasar itulah, saya amru chanwari siap berlaga pada pilkada kayong utara tahun 2024. Mari kita jadikan kayong utara lebih baik, kayong bergema Kayong Bergerak Bersama”. Tandas Amru








Posting Komentar

0 Komentar